Kajian

Inilah Tiga Dasar Perbedaan Menurut Abdul Mu’ti

Inilah Tiga Dasar Perbedaan Menurut Abdul Mu’ti

Inilah Tiga Dasar Perbedaan Menurut Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Sinarmu.co – Perbedaan adalah keniscayaan dalam kehidupan ini. Tak perlu terjun ke pembahasan yang terlalu dalam, berbicara jenis makhluk, sudah beragam. Manusia hidup di dunia dengan pohon, hewan dan alam sekitar. Manusia sendiri terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan. Sesama laki-laki pun kita bisa membedakan, warna kulit, tinggi badan, berat badan dan lain sebagainya. Niscaya.

Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Abdul Mu’ti terdapat tiga dasar sebab adanya perbedaan. Hal itu ia sampaikan Dialog Kebangsaan: “Merawat Persatuan, Menghargai Keberagaman” 14 Januari 2020 lalu di Universitas Islam Indonesia. Ia mengutip firman Allah “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi. Perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui,” QS. Ar-rum ayat 22.

Perbedaan, menurut Abe Mu’ti sapaannya, adalah bentuk kebesaran dan kasih sayang Allah Swt. Namun tak semua orang akan berpikir demikian. Allah menyebutkan, hanya orang-orang yang mengetahui, yaitu berilmu, berwawasan luas sehingga arif dan bijak dalam kehidupan. Dalam kaitannya dengan perbedaan itu, ia menyebut terdapat tiga dasar sebab.

Baca juga: Kritik Kiai Cepu Terhadap Thomas Djamaluddin

Pertama, perbedaan alamiyah, perbedaan adalah “given”, yaitu pemberian dari Allah Yang Maha Menciptakan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-hujurat ayat 13. “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia dari kamu pada Allah adalah kamu yang taqwa”. Tujuan dari perbedaan itu tidak lain adalah untuk saling mengenal, berkolaborasi untuk menghadirkan kebermanfaatan.

Mu’ti mencontohkan, Indonesia dan lebih tepatnya Jawa, semisal, biasa menggunakan panggilan “seduluran, mas, mbak”. Meskipun kita beragama Islam yang notabene agama itu datang dari Timur tengah, tidak perlu juga panggilan-panggilan tersebut digeser dengan kata “akhi, ukhti”. Biarkan saja, kalau kita ganti malah menyalahi sunnatullah, tegasnya.

Kedua, perbedaan ilmiah. Allah menciptakan semua manusia dengan memiliki bekal akal. Meskipun sama-sama memiliki akal, proses ilmiah berpikir setiap manusia berbeda, sehingga hasil pemikirannya pun juga pasti akan berbeda-beda pula. Maka tidak salah, jika dalam perkembangannya muncul banyak teori-teori kehidupan yang tak jarang saling berseberangan. Itulah produk dari akal, ilmiah.

Baca: Membaca Kembali Makna Toleransi dalam Pandangan Buya Syafii Maarif

Ketiga, perbedaan amaliyah. Allah dalam Alquran surat Al-mulk ayat 2, “(Allah) yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. Dari bekal akal yang beragam itu, selain menghasilkan produk pemikiran atau teori, juga menghasilkan produk amaliyah yang berbeda pula. Dalam menghadapi suatu permasalahan yang sama, dua orang bisa saja merespon dengan sikap yang berbeda.

Poin penting dari apa yang Abdul Mu’ti sampaikan adalah bahwa penilaian benar atau salah atas perbedaan itu adalah hak Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya: “…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja). Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. Al-Maidah ayat 48. Kita sebagai manusia tidak berhak menghakimi, bahwa A benar, B salah. Yang bisa kita lakukan adalah berlomba dalam melakukan yang terbaik.

Beragam itu, lanjut Mu’ti, tidak seragam. Indonesia sejatinya juga sangat memelihara keberagaman. Indonesia yang notabene negara yang membentang luas dengan ribuan pulaunya, memiliki beragam suku hingga budaya. Budaya Jawa, budaya Madura, budaya Batak dan lain sebagainya adalah budaya Indonesia. Semua mendapat pengakuan yang sama di Indonesia, tidak harus dipaksa menjadi satu budaya yang sama. Pemaksaan agar semua sama itu malah mencederai spirit keberagaman yang telah tertanam dan tumbuh subur di Indonesia.


Judul: Inilah Tiga Dasar Perbedaan Menurut Abdul Mu’ti

About Author

sinarmu

Sinarmu.co | Mencerahkan semesta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *