Berita

Dua Ranting ‘Aisyiyah Ini Bangun Desa Qoryah Thoyyibah

Dua Ranting ‘Aisyiyah Ini Bangun Desa Qoryah Thoyyibah

Dua Ranting ‘Aisyiyah Ini Bangun Desa Qoryah Thoyyibah – Laporan Purwahyuni kontributor sinarmu.co


Sinarmu.co – Studi tiru yang dilakukan PRA (Pimpinan Ranting Aisyiyah)  Desa Kertosa dan Martopuro belum lama ini memberi eufora untuk wujudkan Desa ‘Qoryah Toyyibah. Program Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur ini menggandeng PDA Kabupaten Pasuruan  bersama mewujudkannya. Apalagi lokasi kedua desa berada di kawasan Aisyiyah Treaning Center (ATC) Jawa Timur.

Gercep dilakukan Tim QT PDA Kabupaten Pasuruan dengan mengadakan pelatihan. Peserta pelatihan adalah para kader dari kedua desa. Kegiatan diikuti 20 peserta. Selama dua hari kegiatan berlangsung dari  tanggal 27 dan 28 Juli 2024.

Pemantapan Materi dan Game

Acara dibuka oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah  Jawa Timur , Dra. Hj. Rukmini, Ammar  M. Ap, “Dengan Ridlo Allah dan niat yang ikhlas Inshaallah para kader QT akan berhasil menjadikan Kertosari dan Martopuro menjadi desa yang ‘Qaryah Thoyyibah. Hal ini seperti yang terjadi di Negeri Sabah. Dimana saat itu sebelum dihancurkan Allah karena penduduknya berbuat dzolim”, terangnya sembari memberi semangat para kader.

“Penguatan spiritual, kesehatan yang memadai, pendidikan yang optimal, serta ekonomi yang stabil adala hal penting yang perlu diperhatikan para kader”, sambung Bunda Rukmini Amar Channel.

Kesempatan yang sama Ifani S.Pd PDA Kabupaten Pasuruan berpesan bahwa, “Hendaknya kegiatan dapat dilakukan oleh para Kader secara maksimal agar kedua desa menjadi desa yang baik dan maju.”

Usai pembukaan Titik Asfi lanjut memandu kegiatan bersama para pemateri. Pemateri pertama disampaikan oleh Siti Dahlila Candrawati tentang pengantar dasar hukum adanya program QT PWA Jatim.  Theologi Al Ma’un 1-7 sebagai dasar gerak langkah Aisyiyah dan Muhammadiyah. Surat ini didefinisikan sebagai pemikiran yang berkenaan dengan pelayanan terhadap masyarakat baik layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial.

“Esensi dan nilai theologi Al Maun jelas mengajarkan kita tentang hubungan manusia yang lengkap, baik secara horisontal maupun vertikal”, pungkas Dalila.

“Disamping 3 pilar Muhammadiyah tentang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial sebagai dasar gerak QT yang sedang kita garap”, lanjutnya lagi.

Materi berikutnya adalah Inklusi Aisyiyah yang disampaikan oleh Nelly, selaku Fasilitator PWA. Kepemimpinan perempuan untuk peningkatan akses kesehatan dan ekonomi bagi perempuan dhuafa mustadh’afin dengan pendekatan GEDSI ( Gender Ekonomi Disabilitas Sosial Inklusi )

“Satu contoh sebuah tanggung jawab mendidik anak bukan saja kewajiban seorang ibu, sementara suami hanya mencari nafkah. Atau contoh lain yang berkembang di masyarakat terkait kegiatan posyandu. Seorang suami bisa saja mengantar putranya untuk melihat tumbuh kembang anak”, tegas Nelly menjelaskan tentang gender .

“Perempuan dhuafa Mustadh’afin adalah perempuan yang dianggap lemah/dilemahkan, lemah dalam keilmuan, kemampuan, dan segi ekonomi. Selama ini belum ada kesetaraan gender, perempuan tidak mendapat akses. Bahkan tidak mendapat kesempatan untuk berperan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu melalui Aisyiyah dan Muhammadiyah memberi ruang kepada perempuan dalam struktur kepemimpinan dari Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Ranting”, jelas Nelly sebelum  mengakhiri menuju Isoma.

Usai sholat dan makan siang kegiatan dilanjut dengan game-game atraktif berupa problem solving dari fasilitator yang satu ini. Salah satunya Kisah Tokoh Siti. Perempuan yang bernasib malang hingga mengalami kematian yang tragis.

“Kisah Siti ini bisa saja kita temukan di sekitar kita”, ungkap Nelly mengawali gamenya. Kisahnya dibaca oleh salah satu kader, sementara kader-kader lainnya mendengarkan dengan seksama. Akhir cerita Nelly meminta para kader untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang dialami Siti. Kader diminta dengan menjerat tali ke tubuh Siti yang diwakili oleh relawan kader.

Satu persatu kader menemukan akar permasalahan Siti. Mulail dari permasalahan Siti yang memiliki pendidikan rendah, ekonomi  lemah, kurang paham tentang ilmu kesehatan ibu dan anak, dsb.

Selanjutnya kembali Ibu Nelly mengambil contoh tentang Kisah Sang Monyet dan Ikan  yang tidak kalah menarik perhatian peserta. Perumpamaan kisah ini seperti halnya peran QT. Perlunya mengakumulasi permasalahan ke dua desa agar para kader tepat sasaran dalam menentukan bidang  garapnya. “Agar tidak sia-sia seperti kisah Si Monyet kepada Ikan”, pungkas Nelly lagi.

Sore itu pelatihan ditutup oleh komandan Tim QT PWA, Titik Asfi. Beliau meminta para kader untuk membentuk BSA (Balai Sakinah Aisyiyah)

dua ranting 'aisyiyah

Menemukan Potensi dan Akar Masalah

Apersepsi kegiatan hari ke dua dengan mengingatkan kembali materi hari pertama. Kader diminta mengumpulkan issu-issu yang berkembang di kedua desa. Diminta menemukan potensi yang dimiliki oleh kedua desa.

Pada Desa Kertosari, Dusun Sumbersuko dan Kertosari ternyata memiliki potensi ekonomi usaha ternak, budidaya tanaman /pertanian, usaha kolam renang/ pancing, café, produk arang, rumah potong ayam, dan pekerjaan utama laki – laki adalah pekerja bangunan.

Sementara potensi di Desa Martopuro, Dusun Donorejo dan Alkemar memiliki Asman Toga yang pernah manjadi juara di tingkat Provinsi. Warga Desa Martopuro memiliki usaha di antaranya gudang rongsokan, penampungan air/ waduk, TPS/ KSM ABI, pabrik agar – agar, PT Cimory, keterampilan merajut dan membatik.

Selain  potensi yang dimiliki terdapat permasalahan yang dihadapi oleh Desa Kartosari. Diantaranya kesadaran kurangnya menjaga kesehatan, kurangnya pemahaman ASI Eksklusif, ditemukan perokok Pneumonia pada anak cukup tinggi, serta terdapat data pendidikan tertinggi hanya pada lulusan SMP saja.

Baca juga: Safari Dakwah, PCIM Arab Saudi Kunjungi Pesantren Digital

Di bidang Ekonomi, banyak ditemukan pengangguran usia muda, ada banyak lahan produktif yang tidak dimanfaatkan, pekerja pertanian adalah generasi tua, hasil pertaniaan tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, terjerat pinjaman Mekar dan sejenisnya, serta para ibu kurang memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Pada bidang Sosial ditemukan permasalahan diantaranya, adanya pergaulan bebas, pernikahan anak, hamil di luar nikah, dan banyaknya kasus perceraian.

Temuan lain terkait bidang religi, yakni adanya permasalahan kurangnya kesadaran dan pentingnya pendidikan agama. Tidak adanya kajian keagamaan sehingga menyebabkan warga kurang kesadarannya dalam bersedekah.

Berbeda permasalahan yang dihadapi di Desa Martopuro antara lain, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sehingga sampah menumpuk. Kurangnya kesadaran di bidang kesehatan sehingga menyebabkan warga terserang berbagai penyakit. Judi online dan narkoba marak di kalangan remaja karena kurangnya perhatian orang tua.

Hasil akumulasi permasalahan dan potensi yang ditemukan kader, pada akhirnya dilakukan  pemetakaan hingga rencana tindak lanjut. Langkah panjang dan terorganisir menjadi sistem yang harus dilakukan kader. Mereka harus berhati-hati agar warga dapat merasakan kehadiran kader dengan ikhlas dan menyenangkan.

Diujung kegiatan Tim Fasilitator PWA menutup dua hari pelatihan dengan doa bersama. Berharap pertolongan Allah SWT agar para kader mampu membangun Desa ‘Qaryah Thoyyibah yang diimpikan. Mari kita tunggu, action apa yang akan dilakukan oleh Tim QT PDA Kabupaten Pasuruan? To be continued.

Penulis : Purwahyuni
Co-editor : Lestari N’H

About Author

sinarmu

Sinarmu.co | Mencerahkan semesta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *