Solutif, Ini Upaya LRM UNIWARA Olah Sampah 2.0 di Jatirejo Kecamatan Lekok – Laporan kontributor sinarmu.co
Sinarmu.co – Upaya Lembaga Riset Mahasiswa (LRM) Universitas PGRI Wiranegara (UNIWARA) untuk mengatasi persoalan sampah di Jatirejo Lekok mulai membuahkan hasil. Mukhammad Muqoffan, Ketua pelaksana kegiatan tersebut mengatakan bahwa pihaknya telah menggelar pertemuan bersama masyarakat secara rutin selama tiga bulan sejak Juli.
Hal itu menurutnya sebagai upaya mengatasi permasalahan sampah yang tak kunjung usai. Pertemuan rutin berisi edukasi, pelatihan dan diskusi bersama masyarakat dan stakeholder demi mewujudkan desa zero waste.
“Desa zero waste kami harapkan mampu mengolah limbah rumah tangga menjadi barang yang memiliki nilai guna, jual dan estetika. Juga menjadi desa yang memiliki bank sampah unit di masing-masing Dusun dan bank sampah induk,” jelas Affan sapaannya.
Baca juga: LRM Uniwara Edukasi Masyarakat Jatirejo Soal Sampah
Setiap pertemuan rata-rata diikuti oleh 30 warga dari perwakilan Dusun terpilih. Diantaranya Dusun Ujung Gunung, Payangan dan Morengelen, ketiganya merupakan dusun terdekat dari balai desa.
Affan mengatakan kelompok sasaran tersebut menjadi embrio yang akan menerima berbagai pelatihan, edukasi dan diskusi selama masa program secara intensif. Mereka selanjutnya diharapkan mampu menyebarkan edukasi mengenai pemilahan sampah dan mengadakan pelatihan pengolahan sampah 2.0 secara masif kepada warga dusun sekitarnya sebagai program wajib bagi Bank Sampah Unit (BSU) setelah program berakhir.
“Pengolahan sampah 2.0 atau lanjutan yang kami berikan adalah pengolahan limbah tekstil menjadi barang dengan nilai jual lebih tinggi seperti Scrunchie, Pouch, Alas Panci, Bantal, Boneka, dan lain-lain. Kemudian, pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi demi menghindari pencemaran air dan pembekuan saluran sanitasi apabila dibuang sembarangan,” paparnya.
Pupuk, Maggot, Ecobrick dan Manfaat Olahan Lainnya
Demi mengurangi limbah residu dari bercampurnya sampah organik dan non organik, tim pelaksana PPK ORMAWA UKM LRM memberikan pelatihan pembuatan kompos 2 in 1. Bahan dasarnya dari limbah ember yang mampu menghasilkan pupuk cair dan padat yang ramah penduduk karena tidak menimbulkan bau yang menyengat.
Kemudian, budidaya maggot BSF yang mudah agar sampah organik lebih mudah terurai dan tidak menyebabkan tingginya sampah residu yang terjadi karena bercampurnya sampah organik dan anorganik.
Hasil dari budidaya maggot sangat beragam dan semua bisa dimanfaatkan. Baik untuk pertanian, perikanan dan peternakan. Budidaya maggot mampu menghasilkan beberapa produk seperti kompos dari tanah wadah budidaya, umpan ikan dan pakan ternak.
Kepala Dusun Payangan, Mustofa memberikan dukungan penuh untuk suksesnya pelaksanaan program pengenalan maggot BSF untuk kurangi limbah sisa makanan dan bahan organik lainnya.
“Maggot bisa menjadi strategi yang baik untuk memudahkan warga membuang sampah organik karena, perawatannya mudah dan tidak membutuhkan ruangan yang besar. Cocok untuk dikelola warga desa Jatirejo yang pemukimannya padat,” ujar Mustofa.
Senada dengan itu, Yasmin Ketua LRM UNIWARA mengatakan sebagai desa yang berada di wilayah pesisir, tim LRM kemudian melakukan pengolahan limbah kerang yang juga menjadi permasalahan karena jumlah pengrajin kerang terhitung sedikit. Temuan tim bahwa selama ini limbah kerang hasil nelayan dibuang begitu saja di pinggiran tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
Padahal, lanjutnya, limbah kerang selain sebagai produk kesenian juga bisa menjadi bahan tambahan untuk pembuatan kompos. Hal itu dikarenakan limbah kerang sejatinya kaya akan kalsium yang baik untuk penyuburan tanaman.
Tak hanya itu, limbah plastik yang sangat rendah nilai jualnya juga dimanfaatkan menjadi ecobrick. Yang selanjutnya bisa digunakan menjadi perabotan kecil di pojok baca Balai Desa. Sampah kecil yang tidak bisa dijual atau harus ditimbun agar bisa dimanfaatkan mampu teratasi dengan ecobrick.
Salah satu upaya mengurangi mikroplastik yang masuk ke dalam laut adalah dengan menjadikan limbah plastik kecil sebagai barang yang wajib dicuci. Seperti bekas alat makan plastik, dikeringkan dan dipotong kecil lalu dimampatkan kedalam botol.
Beragam pelatihan pengolahan sampah 2.0 sudah dilaksanakan. Produk yang dihasilkan tidak hanya dimanfaatkan secara pribadi, tetapi juga dipasarkan secara masif melalui sosial media dan e-commerce melalui akun @RUMPALJATIREJO.LEKOK.
“Kedepannya, kami akan bekerjasama dengan PLUT-UMKM Kabupaten Pasuruan demi mewujudkan adanya Bank Sampah Unit dan Induk di Desa Jatirejo yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan kebersihan bagi lingkungannya,” pungkas Yasmin.