Gadis Berkacamata – Si Gembul Gemoy Episode 3. Cerpen karya Salman Fajrus Sobakh
"Pak, apa yang sedang terjadi?" Tanya Kakek pada Pak Handoko. "Itu Bu Juwari dan Pak Budi, haha" Jawab Pak Handoko yang tersenyum masam. Tanpa penjelasan yang panjang, Kakek sudah memahami maksud dari Pak Handoko. Pak Budi dan Bu Juwari memang sudah sering bertingkah tidak sewajarnya, sering sekali bikin onar di Kampung Rawa Riwi, bahkan beberapa bulan kemarin keduanya baru saja membakar pos ronda, para warga sangat kesal dengan tingkah keduanya yang selalu meresahkan. Saat disidang warga, keduanya hanya menangis memohon belas kasih, mereka mengaku akan dibunuh oleh seseorang jika tidak membakar pos ronda. Hampir saja keduanya diusir oleh warga, beruntung Pak Lurah yang ringan tangan itu mampu meredam emosi warga Kampung Rawa Riwi, permasalahan pun dapat diselesaikan secara kekeluargaan. "Ada apa pak?" Tanya Nenek yang penasaran, mengikuti Kakek ke halaman rumah. "Nyapo to kok golek ukoro wahe (kenapa sih kok cari masalah terus)?" Sahut Nenek Lastri sambil mengomel. "Sayang, tidurlah angin malam tidak baik untuk kesehatanmu, temani Arya tidur," pinta Kakek dengan penuh perhatian, mata yang teduh dan senyuman manis Kakek seketika melelehkan hati Nenek. Kali ini Nenek tidak bisa mendebat suaminya, Kakek bersikap terlalu manis, ia pun mengikuti perintah Kakek sembari memberi balasan senyuman kepada Kakek. "Iya suamiku" Ucap Nenek bernada lembut. "Assholatu khoirun minannaum... Assholatu khoirun minannaum..." Adzan shubuh telah berkumandang. Nenek membangunkan Arya dari peraduannya, setiap shubuh Arya selalu ke masjid bersama Nenek dan Kakek. Berjamaah di masjid sudah menjadi rutinitas mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB, Arya mulai bersiap untuk berangkat sekolah. Jarak yang ditempuh cukup jauh, sehingga Arya harus berangkat lebih awal. Tidak ada transportasi umum yang melintasi kampung mereka, Arya harus berjalan kaki melewati perkebunan, sawah dan menyeberang sungai. Arya tidak sendirian, beberapa temannya yang bersekolah di seberang juga bernasib seperti Arya, mereka sangat menikmati perjalanan. Arya bersekolah di SMP Bina Bangsa, salah satu sekolah swasta yang memberikan bantuan bebas biaya pada anak-anak desa yang kurang mampu secara ekonomi. "Pagi bro…" Sapa Bagas kepada Arya. "Siap bro, pagi juga" Jawab Arya. "Mbul, tahu gak kemarin di kampung ada yang berulah lagi hahah," sahut Bagas kepada Arya. "Iya tahu, kasihan yah mereka," Jawab Arya. "Kenapa harus kasihan? Mereka memang aneh dan sangat meresahkan," ketus Bagas merespon Arya. "Yah bagaimana pun juga mereka manusia Gas, pastinya mereka tidak lepas dari kesalahan," jawab Arya dengan bijak. "Oh iya, nanti sore kita diajak rapat Pak Lurah di Kantor Kepala Desa, jangan lupa datang ya mbul," pinta Bagas kepada Arya. "Pasti persiapan buat Festival Desa yah gas?" Tanya Arya kepada Bagas. "Sepertinya begitu, sekalian ada pemilihan koordinator juga," jawab Bagas. "Oke siap terima kasih informasinya..." Bagas adalah Ketua Karang Taruna Desa Rawa Riwi, ia sering tidak terima jika Arya mendapat pujian, hal tersebut dikarenakan kecemburuan sosial, Pak Lurah terlihat lebih antusias kepada Arya dari pada Bagas. Arya memang cekatan dan cepat dalam bekerja, wajar saja Pak Lurah sangat kagum kepada Arya, terlebih Arya memiliki pola komunikasi yang sopan dan tegas. Sebenarnya Arya sudah memahami sikap Bagas, sehingga yang dapat Arya lakukan saat ini adalah menjaga jarak dengan Pak Lurah, karena Arya tidak ingin mengecewakan Bagas dan tidak suka bersinggungan dengan sahabatnya sekaligus teman masa kecilnya. "Bagas, saya minta maaf kalau ada salah dengan kamu.." "Iyah mbul, santai sajalah, gak ada masalah kok.." "Ok baiklah Ngomong-ngomong.." "Mbul itu murid baru ya.." Sesampainya di halaman sekolah pembicaraan mereka teralihkan dengan pemandangan gadis cantik berkacamata yang turun dari mobil mewahnya. Bagas tampak melotot dan sangat takjub kepada gadis tersebut. "Gas, Bagas…" "Akhirnya di sekolah kita ada gadis secantik dia, anak kelas berapa yah mbul?" Arya terbayang-bayang dan terbesit ingin mencari tahu nama dan kelas gadis berkacamata itu. Berbeda dengan Gembul yang tampaknya biasa saja melihat Gadis tersebut. Gembul memang tidak pernah membahas percintaan, pikiran Gembul adalah bagaimana caranya dia bisa lulus ujian nasional dan masuk ke SMA Favorit. Mereka adalah siswa kelas 3 yang akan segera melaksanakan Ujian Nasional. Sesampainya di kelas, para siswa sedang heboh membicarakan mega bintang model cover majalah remaja yang pindah sekolah ke SMP Bina Bangsa. "Kayaknya sudah gak laku lagi, kok bisa yah kanya sekolah di tempat seperti ini?" "Iyah bener banget, apa motivasinya pindah ke sekolah kita wkwkw..." "Tapi tadi dia masih diantar dengan mobil mewah…" "Yah kali aja mobil sewa-an hahahah...." Gembul terheran-heran dengan perilaku teman-temannya, sebegitunya merendahkan orang. "Mbul sepertinya gadis tadi bernama Kanya…" "Iyah Gas, sepertinya begitu.." Sahut Arya dengan cuek. "Kring..... Kring.... Kring" Bel pelajaran pertama telah dimulai, seluruh siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Bagas yang dimabuk cinta, benar-benar tidak fokus dalam mengikuti pelajaran, ia mencoret-coret buku tulisnya dan menuliskan nama Kanya sambil tersenyum-senyum. Gembul yang risih kepada Bagas, tak menggubris dan berusaha untuk tetap fokus mengikuti pelajaran.
Bersambung…