Menggoda Nenek – Si Gembul Gemoy Episode 1. Cerpen karya Salman Fajrus Sobakh
Malam itu hujan begitu deras, anginnya kencang merasuk hingga ke ubun-ubun, Arya si gembul berambut ikal terbangun dari tidurnya dan berlari mencari nenek. "Nek kenapa hawanya begitu dingin? Hujan diluar deras sekali, Arya takut terjadi sesuatu." Tanya Arya dengan penuh kekhawatiran. "Perbanyaklah berdoa Le, jangan berpikiran yang tidak-tidak, kemarilah tidur di pangkuan nenek," jawab nenek sembari menenangkan Arya sambil membelai rambutnya yang ikal itu. Nenek juga menceritakan masa mudanya bersama kakek, berharap Arya lebih tenang dan tidak takut lagi. Sejak kecil Arya hidup bersama nenek dan kakek, kedua orang tuanya pergi dan tidak berkabar lagi, terakhir bersama sejak Arya masih berusia 3 tahun, mereka pergi dengan alasan untuk bekerja di luar jawa, hingga Arya tumbuh menjadi remaja berusia 15 tahun, kedua orang tuanyapun tak kunjung datang, nenek dan kakek sangat menghawatirkan orang tua Arya, terlebih ayah Arya adalah anak semata wayangnya, hanya doa yang selalu dipanjatkan nenek di setiap sholatnya. "Dulu kakekmu itu genit Le, setiap kali gadis yang memujinya selalu dipanggil sayang..." "Haha... " Arya tertawa terpingkal-pingkal. "Jadi nenek cemburu?" Tanya Arya menggelitik dan tertawa mengolok nenek. "Bukannya gitu le, yah nenek ndak suka aja kakek genit, sok ganteng kakekmu itu !!!" Jawab nenek dengan ketus, pipinya merah malu ditertawakan cucunya. "Tapi kakek memang ganteng nek... " "Iya dikit gantengnya." Sahut nenek yang salah tingkah dan gengsi mengakui ketampanan suaminya. Tak sadar pembicaraan mereka terdengar oleh kakek, bukan main lagi seakan kakek lupa dengan usianya, energi masa muda kakek meliar mempesona nenek, sesekali ia menggoda nenek dengan panggilan yang membuat nenek malu-malu kucing. "Oh gadis cantik pujaan hatiku, mengapa dikau membocorkan aibku? Bukankah sudah cukup bukti bahwa Arya telah mewarisi ketampananku.. hehe.." sahut kakek sembari menepuk bahu nenek yang sedang tersipu malu. "Jangan panggil aku gadis", tangan nenek mengelak tangan kakek yang menjawil pipi merah nenek. "Sudahlah Lastri aku tahu kau sangat mencintaiku, akui saja, sayangku, hehe..." kakek semakin percaya diri menggoda istrinya "Sudah saatnya Arya tidur, besok pagi harus berangkat sekolah," sahut Nenek mengalihkan pembicaraan. Wajah yang memerah dan perasaan malu, membuat nenek sensi sesekali, cucu dan suaminya tak henti menggodainya. "Iya nek tapi Arya lapar, untuk malam ini izinkan Arya makan mie instan, ya.. nek." Arya memohon kepada nenek. "Owalah Leeee, gimana sampean ndak gembul, hobinya saja makan mie instan tengah malam." Sindiran halus sang nenek yang mengelitik Arya. "Gak papa gembul yang penting bikin candu, hahaha..." Sahut kakek tertawa tebahak-bahak. Kakek dan Arya sepertinya bersengkokol menggodai Nenek, mereka larut dalam tawa dan saling balas sindiran. Hujan yang deras perlahan airnya menipis pertanda hujan telah mereda, tiba-tiba mati lampu dan suara petir menyambar dengan keras. "Duarrrr" "Allahuakbar..." "Nek Arya takut, aduh mati lampu lagi.." "Sudah tenang semuanya, kakek ambil senter dulu lihat kondisi di luar rumah.. " Malam yang sunyi berubah mencekam, para warga berhamburan keluar rumah menuju pusat suara jeritan anak perempuan yang teriak lantang meminta pertolongan. "Aaaaaaaaa..." "Tolong !!!!!.... " Teriakan anak gadis yang melengking dari arah kuburan.
Bersambung…