Kajian

Menjaga Kesucian Ramadhan Bukan Dengan Razia Warung

Menjaga Kesucian Ramadhan Bukan Dengan Razia Warung

Sinarmu.co – Belakangan ini, kita mendengar kabar tentang penggerebekan warung yang buka di siang hari Ramadhan. Sekelompok oknum masyarakat mengatasnamakan menjaga kesucian bulan puasa dengan menutup warung-warung tersebut. Mereka berpendapat bahwa warung yang buka di siang hari dapat mengganggu kekhusyukan puasa. Namun, tindakan mereka justru terkesan represif dan banyak berujung pada pengrusakan warung yang merupakan sumber penghidupan banyak orang.

Al-Qur’an, dalam QS. Al-Baqarah: 183-185, memang mengajak umatnya untuk berpuasa dengan penuh ketakwaan, bukan dengan mencari-cari kesalahan orang lain. 

Allah SWT juga telah memperingatkan Nabi Muhammad khususnya, dan umat Islam pada umumnya dalam surat Ali Imran 159: 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Ayat ini mengajarkan bahwa dalam setiap interaksi, terutama ketika menghadapi perbedaan pendapat atau tindakan yang tidak sesuai, sikap lemah lembut dan pemaaf adalah kunci untuk menjaga keutuhan ukhuwah dan keharmonisan masyarakat. Allah menekankan bahwa dengan kelembutan dan kasih sayang, rahmat-Nya akan menyertai kita.

Dalam konteks tindakan represif yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap pemilik warung yang buka di siang hari pada bulan Ramadhan, ayat ini mengajarkan bahwa meskipun niatnya  untuk menjaga kesucian Ramadhan, namun cara penyampaiannya harus mencerminkan nilai kelembutan dan toleransi. Tindakan represif yang keras justru berpotensi menimbulkan luka dan keretakan dalam masyarakat, sehingga tidak mencerminkan semangat inklusif dan rahmat yang seharusnya menjadi ciri umat Islam.

Pada perspektif yang lain, ada banyak sekali saudara-saudara kita sesama Islam yang memang berhak untuk tidak berpuasa, mungkin mereka membutuhkan kehadiran beberapa warung dan tempat makan. Seperti mereka yang memang berhalangan, dalam perjalanan, ibu hamil dan menyusui atau bahkan lansia. Andaikan beberapa warung tersebut disalahgunakan oleh oknum umat Islam yang memilih membatalkan puasa tanpa uzur, tidak bisa menjadi alasan bagi kita untuk bertindak represif kepada pemilik warung.

Alangkah baiknya kita mencari jalan tengah melalui dialog dan edukasi. Setiap orang, termasuk pemilik warung, berhak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan usaha dan memperbaiki diri tanpa harus merasa terintimidasi. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam—yang mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan menjaga keseimbangan dalam bertindak.

Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momen untuk memperbaiki diri, memperkuat solidaritas, dan menciptakan lingkungan yang saling mendukung. Dengan semangat inklusi dan moderasi, kita bisa menolak tindakan-tindakan represif yang merusak, dan sebagai gantinya, mengedepankan sikap yang penuh kasih dan toleransi. Semoga setiap langkah yang kita ambil bisa membawa berkah dan damai bagi seluruh umat.

Penulis: Muhammad Rafi Ardiansyah 
Sekretaris MTT PDM Kabupaten Pasuruan

About Author

Muhammad Rafi Ardiansyah

Seseorang yang punya hoby Desain Grafis dan Fotografi, lahir pada tahun 2002 dalam proses Pendidikan Strata 1 Ilmu Hadis Uinsa. Menjabat sebagai Anggota LIK PDM Kabupaten Pasuruan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *