Lupa Rakaat Saat Salat? Awas Ulah Setan, Ini Cara Mengusirnya
Sinarmu.co – Pernahkah kita berwudlu, setelah itu lupa atau ragu, tadi sudah berwudlu atau belum? Atau dalam keadaan lain, setelah berwudlu, kita ragu, apakah wudlu kita batal atau tidak? Begitu juga dalam ibadah yang lain, seringnya shalat. Di tengah-tengah melaksanakan shalat, tiba-tiba kita ragu dan bertanya dalam hati. Sudah dapat berapa rakaat? Ini rakaat ketiga atau empat?
Menurut Adi Hidayat, itulah was-was yang setan hembuskan kepada orang Islam saat beribadah. Was-was sendiri adalah gangguan setan. Gangguan tersebut dapat menyebabkan hadirnya keraguan di dalam hati. Terkait dengan ibadah ataupun kegiatan yang sedang manusia kerjakan.
Dalam Alquran surat an-naas termaktub penjelasan bahwa setan melakukan was-was ke dalam hati manusia. “Katakanlah, aku berlindung kepada Rabb-nya manusia. Yang Merajai manusia. Sesembahan yang haq bagi manusia. Dari kejelekan penyakit was-was yang dihembuskan oleh al khannas (setan). Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia”.
Lantas Bagaimana Cara Mengusir Penyakit Was-was?
Dalam ceramah ustadz Adi Hidayat, di kanal youtubenya Adi Hidayat Official menjelaskan, setidaknya ada 3 cara kita mengusir penyakit was-was kiriman setan ini. Pertama, selalu ingat untuk memohon perlindungan kepada Allah Swt dari godaan setan. Salah satu doa yang bisa kita ucapkan sebagaimana termaktub dalam Alquran surat al-mu’minun ayat ke-97 dan 98.
وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَٰتِ ٱلشَّيَٰطِينِ
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ
Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”.
Kedua, meneguhkan keyakinan di dalam diri kita, alih-alih ragu terhadap sesuatu. Terdapat kaidah fiqih الْيَقِينُ لَا يُزَالُ بِالشَّكِّ “sesuatu yang sudah yakin tidak dapat dihilang dengan keragu-raguan”. Dalam keadaan ragu akan sesuatu, kita bisa menggunakan kaidah fiqih tersebut, jika lebih dominan kepada yakin, maka tinggallah keraguannya.
Ketiga, sebagai hamba Allah Swt yang taat, kita perlu mempelajari kaifiyah beribadah dengan baik. Selain itu, kita harus berupaya untuk menyelaraskan antara mulut, pikiran, hati dan tindakan kita saat beribadah. Mulut kita mengucapkan, otak menerjemahkan, hati kita merasakan kemudian raga kita melakukan.
Setiap bacaan dalam shalat misalnya, pada dasarnya memiliki makna. Dengan kita memahami, mengerti apa yang kita ucapkan, maka bukan tidak mungkin, kita bisa melakukan ibadah dengan lebih khusyu’. Saat mengucapkan kalimat ‘Allahu Akbar’ (Allah Maha Besar), kita hadirkan makna dalam pikiran kita, bahwa tidak ada satu pun hal-hal besar melebihi Allah Swt. Tak cukup sampai di situ, dalam laku kita sehari-hari, kita juga selalu ingat dan sadar bahwa kita hanyalah makhluk kecil di hadapan Allah Swt. Wallahu a’lam
Sumber: ceramah Ust. Adi Hidayat, Lc., MA.
Melalui kanal Youtube Adi Hidayat Official