
Khoirul Abduh: Islam Bisa Kembali Berjaya Dengan Hal Ini. Liputan kontributor sinarmu.co.
Sinarmu.co – Kajian Ahad Pagi ‘terakhir’ PDM Kabupaten Pasuruan diselenggarakan di Kecamatan Prigen (8/1). Tepatnya, di masjid Khairu Ummah, Pecalukan. Achmad Samsoni, Wakil Ketua PDM Kabupaten Pasuruan mengatakan bahwa kajian ahad pagi kali ini adalah putaran yang terakhir sebelum Musyda PDM, 12 Maret mendatang.
Pada kesempatan itu, pihaknya menghadirkan M. Khoirul Abduh, Wakil Ketua PWM Jawa Timur sebagai narasumber. Menurut Samsoni, Khoirul Abduh adalah seorang yang lekat dengan AMM, ia terbukti sangat handal dalam menggerakkan AMM se-Jawa Timur kala itu, bahkan hingga saat ini. “Ustdaz Mohammad Khoirul Abduh, kami ucapkan selamat bertugas dan mengemban amanah di PWM Jawa Timur,” ucapnya.
Baca juga : - MUSYPIMDA KE-II : Aisyiyah Itu Risalah Perempuan Berkemajuan - Ini Kunci Sukses Memajukan Sekolah Muhammadiyah
Dalam kajiannya, mantan Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur itu mengusung tema pentingnya menjaga Ukhuwah Islamiyah. Menurutnya jika umat Islam menegakkan ukuhuwah Islamiyah, maka Islam dapat menjadi kuat. Tidak seperti saat ini, Abduh menilai Islam di Indonesia adalah mayoritas, namun rentan akan pecah belah karena lemahnya ukhuwah Islamiyah.
Selain itu, masyarakat Islam sering berkutat pada pemaknaan agama sebagai simbol. Padahal, menurut Abduh, agama adalah gerakan, menggerakkan. Dalam Alquran Allah telah menjelaskan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar. Ia menjelaskan, shalat adalah simbol gerakan, substansinya adalah gerakan sosial yang nyata.
Ukhuwah Islamiyah Dalam Surat Al-hujurat
Wakil Ketua PWM Jawa Timur asal Kabupaten Jombang itu memaparkan, ihwal ukhuwah Islamiyah sejatinya telah Allah sebutkan dalam surat Alhujurat secara berurutan. Pertama, melakukan klarifikasi terhadap segala informasi yang kita terima. Di ayat keenam, terdapat kata “fatabayyanuu” yang arti singkatnya adalah ber-tabayyun atau mencari kebenaran / klarifikasi.
“Cari dulu kebenaran informasi yang kita dapatkan, jangan asal ada postingan di-share, postingan share…” tegas Abduh. Apalagi, menurutnya, di era media sosial yang begitu gencar, berita-berita mudah menyebar. Jika kita tidak bijak, berita-berita hoax akan sangat berbahaya, bisa memecah belah umat Islam.
Kedua, tidak mengolok-olok kelompok lain. Firman Allah “Laa yaskhar qawm” yang artinya jangan memperolok-olok kaum lain. Karena belum tentu yang mengolok lebih baik. Belajar dari kisah Umar ibn Khattab, pada masanya ia adalah seorang pemabuk. Bagaimana nabi Muhammad saw memeperlakukan Umar? Nabi tidak mengolok-olok, namun mendoakan untuk kebaikan Umar. Siapa yang menyangka ia kemudian menjadi salah satu pemimpin Islam yang disegani.
Ketiga, tidak mencela dan memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk. Abduh mengingatkan, bahwa betapa Indonesia pada tahun pemilu yang lalu, cukup memprihatinkan. Pelabelan pada kelompok-kelompok lawan politik begitu kental di tahun 2019. Istilah cebong dan kadrun mencuat dan semakin tajam, bahkan hingga saat ini belum juga usai. Siapa yang dirugikan? Tentu, lagi-lagi umat Islam.
Selanjutnya, yang keempat adalah menjauhi prasangka buruk, stigma negatif terhadap orang lain. Dalam firman-Nya “inna ba’dha dhanni itsmun” berprasangka buruk adalah dosa. Terakhir, jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan pula menggunjing. Peringatan tersebut termaktub dalam ayat ke-12. Allah mengibaratkan “apakah kamu senang memakan bangkai saudaramu sendiri? Tentu kamu akan merasa jijik”.
“Semua ini bukan main-main, karena ini Alquran, bukan ucapan saya, tapi Allah mengingatkan kita,” kata Abduh mengingatkan para jama’ah. Dimulai pukul 8 pagi, kajian berlangsung hingga pukul 10.15 WIB. (efha)