Keniscayaan Menjaga Eksistensi Agama. Oleh: Moh. Aufin, M.M. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan
Sinarmu.co – Tonggak tahun baru Islam, tidaklah bisa dilepaskan oleh sosok khalifah Umar Ibnu Khattab (UIK). Momentum hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW, bagi UIK adalah perjalanan penting kerasulan nabi akhir zaman sebagai tonggak menjaga eksistensi agama, dalam melanjutkan risalah dan peradaban Islam hingga akhir zaman.
Aneka ragam acara seperti : bershalawat, khataman Al-Qur’an, hingga do’a-do’a permohonan ampunan sebagai upaya-upaya umat muslim memperingati tahun baru Muharram 1443 H, juga merefleksi diri sejauh mana pengabdian yang bisa dilakukan sebagai bentuk kecintaannya kepada agamanya.
Dinamika hijrahnya Rasulullah SAW, telah banyak dieksplorasi maknanya oleh para ulama dan cendekiawan (insider maupun outsider), melalui pandangan dan pemikiran tentang dimensi-dimensi hijrah, pesan-pesan spiritualitas tentang makna tahun baru Islam. Setidaknya, bisa kita ungkapkan pesan moralitas ditengah hiruk-pikuk platform sosial umat manusia khususnya umat muslim dalam peradaban yang terus berubah.
Pertama
Hijrah sebagai transformasi umat muslim untuk tetap menjaga eksistensi agamanya. Ali bin Abi Thalib dimalam menjelang Rasulullah SAW persiapan berhijrah, ia berani menggantikan posisi tidur di kamar nabi Muhammad SAW, agar bisa mengelabuhi kaum kafir yang ingin menangkap dan membunuh Rasullah SAW. Hingga Rasul bersama sahabat sejatinya bisa keluar rumah menuju gua. Melanjutkan perintah Allah SWT untuk berhijrah.
Abu Bakar As-Shiddiq yang selalu setia mendampingi semua perjuangan agama Rasulullah SAW, dan semua pengorbanan hidupnya yang sangat luar biasa. Termasuk di momentum hijrahnya Rasul SAW. Abu Bakar yang memerintahkan salah satu putrinya, yaitu Asma’, untuk mencukupi semua kebutuhan logistik perjalanan hijrahnya Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.
Kedua
Akhir perjalanan Rasulullah SAW melakukan hijrah, sesampai di Madinah, Muhammad SAW menancapkan tonggak-tonggak (milestone) membangun tatanan baru karakter kemanusiaan. Yaitu, menyatukan 2 komunitas besar kaum muhajirin dan kaum anshar. Rasulullah SAW memberikan evidensi moralitas agar dua kaumnya itu selalu menjauhi perilaku zalim dan pengaruh kikir. Karena perbuatan zalim akan membawa pada kegelapan sampai hari kiamat. Sedangkan perbuatan kikir/ke-kikir-an, akan membinasakan. Bisa menumpahkan darah, dan selalu memandang yang haram menjadi halal. Seperti yang tertuang pada hadist nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad.
Semangat Tahun Baru Islam, ialah semangat menjaga eksistensi agama. “Janganlah bersedih karena Allah Tuhan Yang Maha Esa, selalu bersama kita”. Keniscayaan membangun karakter masyarakat atau umat yang menjauhi karakter kezaliman dan melepaskan sifat ke-kikir-an. Lebih-lebih masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Selamat Tahun Baru 1443 H. Semoga Umat Islam terus Berkemajuan.
Wallahua’lam bishhawab
akar10