Berita

Vandalisme, Bukti Pendidikan Hanya Soal Membaca dan Menulis

Vandalisme, Bukti Pendidikan Hanya Soal Membaca dan Menulis

Vandalisme, Bukti Pendidikan Hanya Soal Membaca dan Menulis. Ikhwanul Muslimin Ketua Bidang Advokasi PD IPM Kabupaten Pasuruan.


Sinarmu.coMerayakan suatu kelulusan ialah hal yang wajar. Sah-sah saja di dalam masyarakat pelajar. Sebagai tanda luahan emosi setelah habis masa belajar. Hal itu merupakan gambaran kegembiraan yang dituangkan dalam suatu ekspresi. Terlebih lagi sebagai manusia, yang mencintai dunia penuh euforia. Namun, perlu digaris bawahi, tentang adanya perayaan pesta kelulusan yang tidak wajar. Mengekspresikan dengan cara terlalu liar. Bahkan sering kali kita jumpai disetiap tahun, rambu akhir waktu belajar.

Seperti para pelajar melakukan konvoi di jalan. Tak jarang dalam konvoi tersebut seringkali membuat persoalan. Terutama dikalangan masyarakat awam. Mulai dari suara bising yang ditimbulkan, mengganggu hak laju pegguna jalan, bahkan kerap kali terjadi aksi tawuran yang seakan tak boleh tertinggalkan.

Gambar : diaryrefleksiku.com, pesta kelulusan

Korelasi antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai penilai

Kasus perusakan fasilitas umum oleh pelajar yang ada di Pasuruan contohnya. Melakukan aksi vandalisme yang sudah dan telah membuat resah kalangan masyarakat. Dimana dalam aksi tersebut bisa tergambarkan soal adanya suatu fungsi Pendidikan yang belum dapat tercapai dengan baik. Faktor lain adalah kelalaian yang dilakukan oleh orang tua dalam frekuensi “sering”.

Ibu bapak sering kali hanya memperhatikan anak berangkat dan pulang sekolah. Hanya puas pada pencapaian membaca, menulis, dan berhitung tanpa adanya evaluasi dari apa yang dapat didapat dari pencapaian di dalam sekolah yang berhubungan dengan pembentukan karakter.

Maka dari itu pendidikan karakter harusnya bisa dididik dalam dan luar sekolah. Dimana bisa dibagi seperti sekolah sebagai fasilitator, rumah sebagai evaluator dan masyarakat sebagai indikator. Bisa kita dalami bahwa objek terakhir dalam penerapan pendidikan adalah masyarakat, karena masyarakatlah yang banyak menilai terkait hasil yang dicapai dalam pendidikan tersebut.

Pola pikir masyarakat dan Gambaran kemajuan bangsa


Jika mengacu pada visi pendidikan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”, mendukung visi dan misi presiden untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong-royong, dan ber-ke-bhinnekaan global. Dimana bisa kita lihat salah satu diadakannya pendidikan yang terpaut dalam visi ialah tercapainya Indonesia maju dan berdaulat. Memaknai kemajuan itu ialah objek paling vital adalah pembangunan manusianya.

Bagaimana bisa kita lihat negara-negara maju harusnya tidak didasarkan pada teknologi yang masuk ataupun pembangunan yang masif, melainkan membangun pola pikir masyarakat. Karena kemajuan bangsa bukan ide dari luar yang masuk ke dalam, melainkan bagaimana bangsa itu bisa membangun dan mengambangkan ide dan di akui dunia sebagai persaingan global. Oleh karenanya dari ide tersebutlah, salah satu bukti kemajuannya.

Namun, jika kita lihat dengan kondisi yang sering terjadi saat ini, mustahil kemajuan itu akan tercapai, dan yang ada hanyalah kesenjangan dalam masyarakat antara pola pikir yang maju dan pola pikir yang stuck (macet, berhenti) disitu-situ saja. Karena kurang meratanya pencapaian keberhasilan pendidikan di dalam masyarakat.

Maka dari itu, bisa kita tarik dengan kasus yang ada terkait perayaan kelulusan pelajar dengan melakukan suatu tindakan vandalisme dapat menjadi sebuah contoh bahwa pelajar yang menjadi garda terdepan dalam meneruskan perjuangan bangsa, tidak bisa melihat kedepan. Hanya terperdaya pada kesenangan semata tanpa berpikir lebih jauh apa yang harus mereka lakukan setelah lulus. Padahal jika kita lihat, banyak pilihan dalam melakukan perayaan.

Bukan hanya konvoi dan melakukan tindakan merugikan banyak masyarakat. Terkait hal ini, bisa kita indikasikan bahwa cara pelajar mengambil sebuah prioritas, tindakan dalam mengekspresikan adalah sebagai gambaran pola pikir yang ada saat ini.

Suatu poin penting yang ingin disampaikan dalam menanggapi hal tersebut ialah “Moral mencerminkan apa yang ditulis, dan bagaimana mereka menulis adalah representasi daripada moral tersebut.” Suatu gambaran dalam tindakan vandalism, bukti pelajar mampu membaca dan menulis namun tidak terwujud akan adanya moral. Maka dari itu, suatu fungsi pendidikan bukan hanya soal membaca dan menulis, melainkan moral yang juga harus mendukung dan didukung. Sebab karakterlah yang menentukan suatu mutu dalam kualitas pendidikan. Oleh karena itu, pencapaian akademik harus diimbangi dengan pencapaian moral.

Keterangan :
vandalisme : Menurut KBBI : Tindakan merusak, menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya, perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas.

Referensi :
Winarsih Sri, 2014, “Kinerja Pendidikan Menengah di Indonesia dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”, Kebumen, Jurnal Kependidikan, Vol II No.2, 18 Juni 2021.
Hatno Sri Herwanto Dwi, 2020, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Secara Daring”, Jakarta, Jurnal Pendidikan, Vol 1 No.1, 18 Juni 2021.
Muhardi, 2004, “Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia”, Bandung, Jurnal Pendidikan Volume XX No.4, 17 Juni 2021.
Aunah, Binti M, 2014, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa”, Blitar, Jurnal Pendidikan dan kebudayaan, Vol 11 No. 2, 17 Juni 2021

Editor : akar 10

About Author

sinarmu

Sinarmu.co | Mencerahkan semesta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *