
Tuhan Yang Tergeser Eksistensinya. Opini oleh M. Rafi Ardiansyah, kontributor sinarmu.co.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Sinarmu.co – Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji (Fatir : 15).
Seluas apapun harta harta yang dimiliki manusia, setinggi apapun jabatannya, sedalam apapun ilmunya, sebesar apapun pengaruhnya, human is poor, manusia itu fakir! Kita yang butuh Allah dan Allah sama sekali tidak membutuhkan kita.
An-Nafyu
Konsep Peniadaan dalam kalimat tahlil yang banyak dipelajari oleh manusia mengajarkan bahwa untuk mencapai satu pilihan harus menyingkirkan gangguan gangguan lainnya. Dan ketika Allah kita pilih sebagai Tuhan maka mustahil jika kita meminang tuhan-tuhan lain yang sama sekali tidak diridhoi Allah Swt.
Jika pada masa jahiliyah orang-orang arab yang hidup di sekitar Madinah membuat berhala mereka sendiri untuk disembah, ada yang terbuat dari batu, ada terbuat dari kayu bahkan ada yang terbuat dari bahan makanan. Ada yang kecil dan juga ada yang luar biasa besar, maka seketika mereka menyembah berhala-berhala itu, dapatkah berhala itu memberi manfaat? Nothing, tidak akan, lalu apakah berhala-berhala itu dapat memberi mudharat? Nothing, tidak akan.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang memiliki kepentingan untuk menyebarkan agama mereka, sebut saja Kristen, melakukan dakwahnya secara pasif maupun aktif, kepada mereka yang lemah imannya juga lemah ekonominya, ringkasnya kegiatan tersebut adalah kegiatan kristenisasi yang terkadang terjadi di pelosok-pelosok wilayah yang jauh dari pusat kota.
Al-Isbat
Namun, bukan berhala yang kita hadapi, bukan kristenisasi yang kita alami, melainkan diri kita sendiri yang kita tuhankan dihadapan Allah Swt. Perlu kita ingat betul bahwa apa yang menempel di tubuh kita saat ini, harta, jabatan, ilmu, kekuasaan, bahkan popularitas kita merupakan ujian yang diberikan Allah. Jika kita gagal menjalani ujian tersebut niscaya akan ada konsekuensi yang akan kita hadapi.
Kerika kita berhasil melakukan al-Nafyu seharusnya kita juga berhasil melakukan al-Isbat atau penetapan, mustahil jika kita menetapkan Allah sebagai Tuhan, tetapi kita juga menuhankan diri kita dihadapan Allah. Menyepelekan jabatan, berkhianat terhadap sebuah amanah, berhamburan dengan uang, dengan mengasumsikan bahwa dirinya mempunyai kekuasaan dan berhak melakukan apapun yang Allah berikan kepadanya semaunya tanpa mengindahkan hak Allah dan Kewajibannya, apakah itu bukan syirik?
Seyogyanya, Ketika kita yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, maka kita yakin bahwa Allah adalah Yang Maha Segalanya. Silahkan berdo’a, berusaha, dan bertawakkal tetapi jangan samua itu sia-sia, bagaimana mungkin makhluk lemah kecil seperti kita bersombong dengan jabatan, amanah, harta, ilmu atau apapun itu dihadapan Allah Swt.
Bukankah setiap hari kita baca dalam Sholat kita, “yang menguasai hari kemudian” (Al-Fatihah : 4)? Lalu apakah ayat itu belum cukup memberi peringatan tentang sebesar apa kekuasaan dan keagungan Allah? Lalu masihkah kita membesarkan diri kita dihadapan Allah?
Sebagai penutup kami sampaikan sabda uswah kita :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji dzarrah (tempelkan tangan anda di tembok atau lantai maka butiran kecil itulah besaran biji zarrah, red.). ”Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“
Penulis : AR
Tuhan Yang Tergeser Eksistensinya