
Rakyat Bersatu, Penguasa Bisa Apa? Tulisan Raihan Qasid, Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PD IPM Kabupaten Pasuruan.
Sinarmu.co – Kamerad, salam akal sehat ! Kali ini sedikit curahan hati pelajar, mengenai keresahan persoalan yang sedang terjadi di negara tercinta dengan dinamika yang tiada ujungnya. Melampiaskan keresahan dari sudut pandang pelajar, menuangkannya dalam bentuk tulisan, yang mungkin kurang baik dalam segi penulisannya.
Besar harapan dapat dimaklumi dan dimaafkan. Semoga apa yang sudah tertulis, bisa atau dapat memberikan nilai kebermanfaatan bagi kita semua. Agar kedepannya, kita sebagai rakyat tidak lagi mudah untuk dibodohi dan dibohongi.
Hidup Mahasiswa !
Hidup Rakyat Indonesia!
Hidup Pelajar!
Hidup Perempuan Yang Melawan!
Huru-Hara Di Tengah Rakyat Yang Kebingungan
Di tengah kecamuk huru-hara permasalahan Kebangsaan, yang kian hari kian komplek. Dari wacana penundaan pemilu dan Jokowi 3 periode, kenaikan PPN 1%, kenaikan harga BBM, hingga kelangkaan minyak goreng.
Yang memaksakan berbagai elemen dari para mahasiswa, buruh, petani, hingga pelajar, turut andil untuk mengambil bagian dalam memperjuangkan aspirasi rakyat, yang masih belum didengar hingga saat ini.
Mengingat sudah peliknya berbagai masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia, yang kian hari bukannya meredam, tetapi selalu mencuat ke permukaaan. Yang disebabkan oleh ketidakberdayaan dari seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Sehingga rakyat lagi yang menjadi korban.
Seringnya isu-isu mengenai berbagai wacana yang digulirkan oleh penguasa di ruang publik, menyebabkan keadaan kacau balau di tengah masyarakat yang saat ini sedang kebingungan.
Karenanya, hal ini telah menyatukan gerakan rakyat dari berbagai elemen. Para buruh, mahasiswa, petani, pelajar, dan perempuan yang melawan. Semua dipersatukan oleh keinginan dan tujuan yang sama. Yakni mengutuk para penguasa yang telah merampas dan menindas hak-hak rakyat.
Kamerad Perjuangan
Salam hangat kepada para pejuang yang saat ini berjuang menyuarakan aspirasi rakyat dan hadir di tengah dibarisan perlawanan. Yang didasari oleh kesadaran kemanusian, sehingga dipertemukan dalam tujuan yang sama, untuk melawan dominasi oligarki dan ketidakadilaan. Kendati sadari, semua sepakat bahwa ketidakadilan adalah sesuatu yang tidak pernah dibenarkan.
Seperti yang disampaikan oleh Soe Hok Gie. Mendiamkan kesalahan adalah sesuatu kejahatan. Oleh sebabnya, musuh sejati kita bukanlah mereka yang berkulit hitam, kulit putih, mata sipit, mata lebar, etnis, atau suku apa pun. Tetapi sejatinya musuh kita yang abadi adalah ketidakadilan.
Semangat Perubahan, Semangat Pembaharuan
Sebagai pelajar yang dipandang sebagai akademisi dengan tugasnya yaitu belajar, sudah seharusnya mengambil bagian dalam menyuarakan dan melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di muka bumi ini. Terkhusus di negara tercinta.
Hal ini juga sebagai pembelajaran, agar kelak ketika menjadi seorang pemimpin, dapat memimpin rakyatnya dengan bijak. Oleh karena itu, mari kita buktikan. Banyak memandang kita sebagai kaum akademisi akan selalu siap dan mampu menyuarakan.
Sekaligus akan selalu berpihak kepada barisan rakyat yang ditindas dan rakyat yang dibungkam. Sebagaimana representasi dari semangat perubahan, dan semangat pembaharuan.
Meminjan kata-kata Tan Malaka dalam buku yang berjudul Madilog. Namun, bila kaum muda (akademisi) yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi nan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.
Atas hal itu mari kita jadikan bahan refleksi bersama dari pesan bijak Tan Malaka, mengenai anak muda yang telah menimbah ilmu pengetahuan agar selalu membersamai rakyat dan tidak meninggalkannya. Sebab, kita adalah harapan terakhir rakyat untuk menyuarakan aspirasi mereka yang tidak pernah didengar.
Perlawanan dan Nyalakan Tanda Bahaya
Tugas kita belumlah selesai. Karena masih banyak para pemimpin yang belum serius untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi. Mereka masih sibuk memperkaya diri. Masih banyak pula orang yang tidak tahu mengenai persoalan yang berkecamuk di tengah semarak bulan suci ini. Oleh sebab itu, persatuan ini hanyalah awal, bukanlah akhir. Karena akhir dari persatuan ini, adalah kekuasan sejati ditangan rakyat.
“Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan!”
Camkan! Hei para penguasa. Dari kami WIDJI THUKUL, MARSINAH, MUNIR, DAN SALIM KANCIL, yang kau bunuh karena benar. Kami akan selalu kembali hadir dan berlipat ganda. Serta akan membawa banyak bunga untuk ditaruh diujung senapan itu. Yang kau persiapkan sewaktu-waktu untuk membunuh.
Kami akan selalu ada dan berlipat ganda. Suara itu akan terus kalian dengar meski raga terkubur. Kalian akan mendengarnya, sebab kebenaran tidak akan pernah mati dan kebenaran akan selalu hidup!
Terakhir. Meminjam kata-kata dari penggalan puisi Widji Thukul yang berjudul Peringatan. “Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan menggangu keamanan, maka hanya ada satu kata; LAWAN!!”
Salam hangat, Kamerad.
Raihan Qashid (Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik, PD IPM Kabupaten Pasuruan)
Akar10