
Ummat Terbaik – Opini Ilham Arrasyid Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sidoarjo
Umat Terbaik sebutan bagi kaum muslim yang tercantum dalam surat Ali-Imran 110 yang mana ini adalah sebuah pemaknaan tentang jati diri umat muslim. Gelar umat terbaik bukan semata mata gelar semata namun memiliki tugas dan amanah untuk dikerjakan dan dilaksanakan sebagaimana memiliki sebuah tujuan mengenai pemberdayaan manusia di bumi ini.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) ‘memerintah’ (berbuat) yang makruf, dan ‘mencegah’ dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali ‘Imran 110).
Mengenai pemaknaan ayat tersebut Umar bin Khattab RA berpendapat bahwa ayat tersebut dikhitabkan kepada dua kelompok. Pertama, secara khusus disematkan kepada para sahabat. Kedua, kepada umat Islam secara umum selama mereka mampu melaksanakan tiga hal yang disyaratkan dalam ayat tersebut, amar ma’ruf, nahi munkar, dan beriman kepada Allah Swt. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata “kuntum” yang menunjukkan makna lebih dari satu objek. Berbeda-beda jika ayat tersebut menggunakan kata “antum” yang hanya mengandung makna satu objek.
Umat terbaik menjelaskan mengenai umat Islam yang diposisikan, dirancang, dan dibekali untuk menjadi umat terbaik di antara manusia. Kemudian ummat terbaik memiliki tugas yang mana ada tiga misi besar peradaban umat manusia yakni menebar dan memerintah kebaikan, mencegah dan menghilangkan kemungkaran maupun perilaku buruk, serta mengajarkan untuk meyakini dan beriman kepada Allah SWT termasuk kebenaran ajaran-Nya.
Secara singkat Umat terbaik memiliki tugas untuk memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran. Namun tugas dan misi itu bukalah misi yang mudah untuk menyandang tugas tersebut kita juga harus dibekali ilmu pengetahuan untuk bisa berperan sebagai umat terbaik yang mana juga harus benar-benar bisa menguasi semua lini keilmuan baik teknologi, ekonomi, sosial, politik dan tentunya pehamahan tentang islam yang baik, dengan demikian seseorang akan benar-benar bisa menjalankan sebagaimana gambaran umat terbaik.
Tugas dan Amanah Sebagai Ummat Terbaik
Umat terbaik juga menjadi cikal bakal Ilmu sosial profetik, menurut Kuntowijoyo, “khairu ummah” hanya dapat dicapai dengan usaha dan kerja keras, yakni dengan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar yang disertai dengan keimanan kepada Allah Swt. Usaha dan kerja keras tersebut kemudian dikenal dengan “misi profetik Islam”, yakni sebuah usaha untuk melakukan sebuah perubahan sosial dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan egaliter yang didasarkan pada iman. Misi tersebut kemudian digambarkan menjadi sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu sosial profetik.
Dalam penjelasan ketiga hal tersebut Kuntowijoyo membuat sebuah gambaran yang mana dispesifikan mnjadi Amar ma’ruf (humanitas), nahi munkar (liberasi), dan beriman kepada Allah Swt (transendensi) adalah karakteristik ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik yang digagas Kuntowijoyo ini berbeda dengan dakwah, karena dakwah bersifat umum, sedangkan ilmu bersifat spesifik.
Pertama Amar ma’ruf atau humanisasi dapat bersifat individual dan kolektif. Seperti dalam ruang lingkup individual. Sementara amar ma’ruf dalam ruang lingkup kolektif adalah mendirikan clean government (Pemerintahan yang bersih) dan aktivitas kolektif lainnya.
Untuk itulah mengapa Kuntowijoyo memilih istilah “humanisasi” yang bermakna memanusiakan manusia, yakni melepaskannya dari kebencian dan kekerasan serta perbudakan.
Kedua sedangkan nahi munkar yang diistilahkan Kuntowijoyo dengan liberasi atau pembebasan adalah sebuah upaya untuk membebaskan diri dari belenggu sistem sosial, ekonomi, dan politik seperti memberantas korupsi, membeskan penindasan atau semua hal tentang kejahatann dan ketidakadilan. Mencegah kemungkaran dimaknai bukan hanya sekedar mencegah sebuah keburukan secara sederhana namun juga dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap semua hal tentang keburukan atau bisa dimaknai dengan keburukan yang lebih luas dan tersistem.
Ketiga beriman kepada Allah Swt disebut Transendensi. Yang ketiga ini memiliki peran yang sangat vital karena menjadi rujukan kebenaran objektif dalam melaksanakan tugas humanisasi dan liberasi. Dalam hal ini, Tuhan adalah pemegang otoritas kebenaran yang objektif atau bisa dimaknai dengan peranan manusia yang mana semua tindak gerak yang dilakukan dalam menjalakan kehidupan tak terlepas dari izin dan ridho Allah Swt.
Interpretasi Kuntowijoyo dalam memahami konsep khairu ummah atau Umat Terbaik di atas menandakan bahwa Islam tidak hanya mengatur hal-hal yang bersifat individual semata, akan tetapi juga memperhatikan perkara yang bersifat kemasyarakatan atau bisa dikatan mengenai tugas manusia ditengah manusia yang lainnya.
Tantangan Sebagai Umat Terbaik
Di tengah perkembangan zaman yang mana perubahan tatanan sosial masyarakat mengalami perubahan secara cepat serta budaya dan cara kehidupan yang berkembang sesuai zaman gelar ummat terbaik sedikit bahkan banyak mengalami tantangan untuk meluncurkan tugasnya sebagai Umat untuk merubah sebuah tatanan kemasyarakatan.
Masyarakat yang hari ini acuh tak acuh terhadap nilai dan ajaran islam merupakan sebuah masalah yang harus dibereskan dengan melakukan pengajaran mengenai islam secara mendalam. Belum lagi dengan kondisi elite pemerintahan dan penguasa yang terus menerus menekan kaum kelas bawah yang mana tidak lagi memikirkan kepentingan masyrakat. Dengan demikan perlu adanya upaya untuk menyelesaikan ini semua, sandangan Umat terbaik harus terus dimaknai sebagai proses menggemban ilmu agar bisa menjadi sebagaimana gambaran umat terbaik diatas.
Penulis : Ilham Arrasyid
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sidoarjo