Menggapai Ikhlas Dalam Setiap Laku. Penyusun: Achmad Fuad Hasyim, sinarmu.co.
Sinarmu.co – Ikhlas berasal dari kata dalam bahasa arab “khalasha” yang berarti jernih, bersih dan murni. Hati yang ikhlas adalah hati yang jernih dan murni, artinya benar-benar tidak tercampur apapun kecuali niat yang lurus karena Allah Swt. Menurut Syekh Abu Ali Al-Daqqaq, ikhlas adalah menahan diri dari campur tangan makhluk.
Kata makhluk secara otomatis berpasangan dengan kata khaliq. Dalam Bahasa Arab keduanya berasal dari akar kata yang sama, yaitu khalaqa yang berarti menciptakan. Khaliq adalah bentuk isim fa’il, yang berarti subjek – pelaku, yang menciptakan. Sedangkan makhluk (makhluq) adalah bentuk isim maf’ul yang berarti objek, yang diciptakan.
Maka ikhlas menurut Syekh Abu Ali adalah perbuatan apapun yang manusia lakukan harus diupayakan untuk selalu terhindar dari urusan-urusan duniawi (makhluq) dan lebih mengutamakan niat tulus hanya untuk Allah (Sang Khaliq).
Allah Swt berfirman dalam surat al-bayyinah (98) ayat 5 :
ومَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus”
Kata mukhlishina berarti yang memurnikan. Manusia perlu memurnikan segala sesuatu mulai dari niat hingga dalam melaksanakan perbuatannya, tulus hanya karena Allah Swt. Serta dalam menjalankan agama Islam, Allah memerintahkan agar menjalankan agama yang lurus, jauh dari ke-syirik-an.
Lantas Bagaimana Cara Kita untuk Menggapai Keikhlasan?
Dalam kitab Tafsir Al-Maudhu’i, ada tiga langkah yang bisa kita tempuh untuk menggapai keikhlasan. Pertama, segera melupakan segala kebaikan yang telah kita lakukan. Manusia cenderung senang dan puas jika telah melakukan kebaikan. Lebih-lebih jika mendapat pujian atas kebaikan yang telah dilakukan. Maka dengan segera melupakan kebaikan tersebut, hati kita menjadi tenang dan terbiasa tidak mengharap apa-apa dari kebaikan yang telah kita lakukan.
Kedua, sadar sepenuhnya bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah Swt. Kalimat Innaa lillaahi wa innaa ilayhi rooji’uun yang tertuang dalam surat al-baqarah (2) ayat 156, bisa menjadi pengingat yang kuat untuk kita semua. Bahwa kita semua memang milik Allah Swt, dan kepada-Nya kita akan kembali.
Sebagai gambaran sederhana, kita sedang meminjam pensil kepada teman sekelas atau sekantor. Jika pemilik meminta pensilnya untuk kembali, maka mau tidak mau kita harus mengembalikan. Kita sadar bahwa pensil itu bukan milik kita, tidak ada hak untuk kita menahan pensil tersebut tetap berada di tangan kita.
Begitu pula keluarga kita, ayah, ibu, anak dan saudara-saudara kita, semua sejatinya adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Begitu pula dengan harta kita di dunia ini, jika sewaktu-waktu diambil oleh-Nya, maka kita mau tidak mau harus ikhlas mengembalikan.
Akhir-akhir ini kita lebih sering mendengar dan membaca berita-berita duka di sosial media. Hari ini, “si-A sakit, mohon doa untuk kesembuhannya.” Di berita yang lain, “si-B meninggal, semoga diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya.”
Kita memang sedang dalam kondisi yang cukup berat dan sulit di masa-masa pandemi covid-19 ini. Namun sekali lagi penting untuk kita tetap sadar bahwa semua ini milik Allah Swt. Kita harus tetap berusaha meningkatkan kadar keimanan kepada Allah Swt. Salah satunya dengan melatih hati untuk ikhlas.
Terakhir, terus istiqomah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik (amal shalih). Allah Swt berfirman dalam surat an-nahl (16) ayat 97
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
Dengan terus berbuat baik, kita bisa terus melatih hati kita untuk menjadi jernih. Kuncinya adalah “wa huwa mu’minun” yaitu melakukan amal tersebut dengan dasar keimanan kepada Allah Swt. Maka dengan amal shalih itu Allah akan memberikan kita kehidupan yang lebih baik. Serta akan diberikan balasan dengan balasan yang lebih baik dari amal yang kita lakukan.
Penyusun : Efha