Masa Depan STIT MUBA Dipertanyakan, IMM STIT Soroti 5 Hal Ini – Laporan kontributor sinarmu.co
Sinarmu.co – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) STIT Muhammadiyah Bangil (MUBA) melaksanakan agenda BUBARKAN (Buka Bersama dan Kajian). Kegiatan yang berlangsung di halaman parkir STIT MUBA, Rabu (3/4) itu mengusung tema “Masa Depan STIT Muhammadiyah Bangil”.
Ketua Umum IMM Pasuruan Raya, Himamul Faaiq menjelaskan, agenda tersebut bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dari hasil angket yang sudah disebarkan sebelumnya. Angket yang dimaksud, terkait persoalan dan keresahan yang selama ini dirasakan IMM.
Namun sayangnya, ia melanjutkan, forum tersebut tidak mendapatkan hasil dan jalan keluar yang diharapkan. Bahkan, Iwantoro, Ketua STIT Muhammadiyah Bangil pun tidak hadir dalam forum tersebut.
Himamul mengatakan, hal itu semakin mempertegas bahwa Ketua STIT Muhammadiyah Bangil tidak pernah mau hadir dalam ruang-ruang diskusi yang diselenggarakan IMM.
“Selama ini tidak pernah sekalipun Pak Iwan sebagai Ketua hadir di acara yang diselenggarakan IMM, jangankan berkontribusi, hadir aja gak pernah,” ungkap Mamul sapaannya.
Senada dengan itu, Arif Yanuar, Ketua Ikatan Keluarga Alumni STIT MUBA mengaku bahwa sejak dulu STIT tidak pernah berubah dan berbenah dalam menanggapi diskusi mahasiswa.
“Dari dulu ketika kita diskusi dengan pimpinan kampus, jawabannya selalu itu-itu aja, tidak ada progres sama sekali,” tutur Arif.
Tidak Membuahkan Hasil, Ruang Pimpinan Disegel | Masa Depan STIT MUBA
Dirasa tidak membuahkan hasil, para kader IMM yang hadir sore itu, merasa tidak puas dan melanjutkan diskusi sebagai upaya advokasi lebih lanjut. Tak cukup sampai disitu, mereka juga melakukan penyegelan terhadap ruang rektorat (pimpinan).
Koordinator agenda ‘BUBARKAN’ Wildan Miftahul Ilmi, menjelaskan bahwa ini adalah bentuk protes keras IMM terhadap kampus PTM tercinta. Berikut ini lima hal yang mereka soroti terhadap STIT MUBA:
- Adanya sistem pendidikan yang tidak sehat, antara mahasiswa aktif dan mahasiswa kelas jauh, dimana mahasiswa aktif akan mendapatkan nilai yang sama dengan mahasiswa kelas jauh yang tidak pernah melaksanakan aktivitas perkuliahan sebagaimana mahasiswa reguler lainnya,
- Mahasiswa tidak pernah mendapatkan transparansi nilai hasil belajar sebagaimana mahasiswa pada umumnya (tidak ada Kartu Hasil Studi),
- Dari hasil penelusuran kami banyak oknum yang tiba-tiba lulus menyandang gelar sarjana hanya dengan melunasi biaya pendidikan,
- Transparansi potongan KIP 50% yang tidak jelas alokasi kegunaannya,
- Diantara sekian banyak civitas akademika tidak ada satupun yang turut berkontribusi aktif di persyarikatan, dan hampir sebagian besar dosen bukan kader Muhammadiyah.
Baca juga: Kaderisasi Yang Terombang-ambing
Lebih lanjut, Wildan menjelaskan, lima hal ini adalah beberapa poin penting yang bisa dirinya paparkan. “Sebenarnya masih banyak lagi problem dan kejanggalan yang ada di tubuh kampus ini, sehingga kami menganggap para pimpinan kampus ini tidak serius dalam mengelola dan menjalankan amanah, hidup segan mati tak mau,” tegasnya.
“Kita akan melanjutkan laporan ini ke pimpinan diatas kami, yaitu Bidang Pengembangan Jaringan Perguruan Tinggi DPD IMM Jatim,” pungkasnya.
Mereka berharap agar kasus ini mendapat perhatian khusus dari PDM Kabupaten Pasuruan, PWM Jawa Timur dan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, sehingga para oknum dan ‘penumpang gelap’ persyarikatan di PTM tidak semakin berkembang dan menurunkan marwah Muhammadiyah secara umum. (*)