Ngobrol Perkara Iman bersama Angkatan Muda Muhammadiyah Pandaan. Laporan kontributor sinarmu.co.
Sinarmu.co – Istilah generasi Z, sebutan yang lama terdengar sebagai generasi terlahir sejak tahun 1995 hingga tahun 2010. Dikenal oleh oleh jiwa-jiwa yang telah mengenal gadget. Dunia serba ada hanya di depan mata, melalui layar kaca. Kemampuan ini pun, juga dirasakan oleh generasi sebelumnya.
Sebut saja Y, dengan rentang lahir 1981 hingga 1994. Walau kadang masih gelagapan dan perlu belajar secara bertahap, tetapi pengenalan budaya maya ini menjadi tuntutan perkembangan. Mengikuti arus jaman generasi Z. Namun, di tengah kondisi gempitanya teknologi canggih, apabila melirik sedikit ke arah dampak, secara tidak langsung memberi pengaruh terhadap keseharian mereka.
Mengikut kebiasaan kita menggunakan gawai berisi segala macam informasi. Mulai dari berita terkini, info atau tips-tips melakukan sesuatu, hingga mempertemukan kita dengan teman-teman baru dari tempat yang belum tentu dapat dikunjungi. Sebut saja dengan sosmed atau social media, berarti media online. Hadirnya berbagai fasilitas kemudahan teknologi, kita sebagai user atau pengguna bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Data
Untuk saat ini, sebenarnya bukan hanya generasi Z ataupun Y yang mahir dalam penggunaan teknologi digital. Semenjak covid-19 menyebar, semua generasi tak membatasi berbagai kalangan, untuk dituntut bisa menggunakan dan memanfaatkan gadget dalam kesehariannya. Sebanyak 29% anak usia dini di Indonesia menggunakan telepon pintar dalam tiga bulan terakhir.
Baca juga: Kajian Ilmiah Ramadan
Rinciannya, bayi yang berusia kurang dari satu tahun sebesar 3,5%, anak balita 1-4 tahun sebesar 25,9%, dan anak prasekolah 5-6 tahun sebesar 47,5 %. Selain itu, sebanyak 12% anak-anak pada usia ini mengakses internet. Anak prasekolah memiliki proporsi paling besar, yakni 20,1%, dibandingkan anak balita sebesar 10,7 % dan bayi 0,9%. Sedangkan, hanya 0-1% anak usia dini menggunakan komputer pada periode waktu yang sama. (katadata.co.id, 2020)
Penggunaan gadget yang meningkat juga menyebabkan banyak orang pula memiliki sosmed. Didukung dengan fasilitas aktivitas penunjang seseorang memiliki akun digital. Seperti semakin maraknya budaya Nongkrong di cafe atau warkop (warung kopi). Hampir tiap sudut belokan jalan raya, pasti kita menemui “kopian”. Tua muda, perempuan laki-laki, anak-anak remaja, dan sebagainya menjadi pengunjung di tiap sore hingga tengah malam.
Apalagi dengan lokasi yang cozy, sejuk, estetik (aesthetic), sinyal penuh, harga murah, dan lain-lain. Berhasil menciptakan ilusi di Instastory serta menjadi lokasi sedap untuk meeting dan sejenisnya. Daya tarik luar biasa ini, acapkali berguna untuk menarik perhatian para kaula muda dalam berkegiatan, bekerja, dsb. Strategi yang paling berhasil diantara rancangan lain.
Walau kadang beberapa orang menganggap hal tersebut tidak penting. Ada pula yang menganggapnya sebagai hal biasa, dengan sebutan “Kelakuan para muda-mudi jaman sekarang (now).” Tak perlu dipungkiri, permasalahan, larangan dari para ibu bapak, saudara, keluarga, juga masih ada. Alasan meeting organisasi, bekerja, pun kadang masih tak diindahkan. Kesan anak tongkrongan, masihlah buruk. Sehingga anggapan itu yang membuat larangan-larangan timbul.
Ngobrol Perkara Iman
Dalam kajian AMM Pandaan pada Ahad (2/5/21) kemarin, dengan tema “Akhlak dan Sikap Generasi Z antara Ngopi, Ngaji, dan Organisasi” bersama Ustadz Farid selaku pemateri, cakupan persoalan tentang anak tongkrongan, dibahas.
Masjid Al-Hijrah Sumbergedang, menjadi saksi dari bagaimana tema tersebut dibabat. beliau menyampaikan dengan memebrikan contoh para pemuda dijaman Rasulullah. Seperti, Usamah bin Zaid diangkat menjai komandan saat berusia 17 tahun. Lalu ada Abdullah bin Umar yang mengikuti perang Badar pada usianya ke 13 tahun.
Khalifah Usman bin Affan, dengan kekayaan harta berlimpah meskipun sudah lama beliau tidak ada, tetapi masih mengalir. Semua rezeki peninggalan beliau seperti Hotel Usman bin Affan di Madinah dan sistem pengolaan air hingga saat ini masih digunakan dan dikelola oleh keluarga Kerajaan Arab.
Peserta dalam kajian ini mulai dari anak-anak hingga dewasa mungkin dapat memetik berbagai contoh tersebut diatas. Tetapi tidak harus kita tiru persis. Untuk sikap dan akhlaknya bisa kita lakukan dengan menyesuaikan kebutuhan saat ini. Untuk kebiasaan mengopi yang sedang marak.
Ustadz Farid mengatakan, “Ya sah-sah saja untuk hal seperti itu. Selama kita masih tahu batasan, mana yang boleh dan tidak boleh serta jangan terlalu sering.” Beliau juga menuturkan bahwa sebenarnya “ngopi” memiliki kepanjangan yakni Ngobrol Perkara Iman.
Jika dalam perjalanannya masih saja ada hal negatif yang mengatakan bahwa ngopi itu tidak penting, maka buktikan bahwa selama kalian ngopi dapat menghasilkan suatu manfaat untuk diri kita, maupun orang lain.
Dari kajian tersebut, kita bisa menarik garis bahwa dalam keseharian kita memang memiliki banyak kesibukan, tetapi jangan sampai lupa berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sebab ia dapat menolong disaat kematian telah menjemput. Selain itu, juga menghadiri banyak majelis ilmu. Sebagai generasi penerus harus mengemban misi dakwah nabi, karena kita semua ialah PNS (Pegawai Nabi s.a.w).
Penulis : Dita Maulidia (PC IPM Pandaan)
Referensi :