Bullying di Dalam Organisasi Membuat Banyak Kader Kehilangan Semangat, Bagaimana Pimpinan Harus Bersikap?
Sinarmu.co – Organisasi adalah tempat dimana kumpulnya orang-orang tak terkecuali bagi anak muda yang mau mengembangkan dirinya. Serta tempat untuk mewadahi para kader yang ada di dalam tubuh organisasi tersebut. Di setiap organisasi pastinya tidak lepas dari permasalahan. Mengapa demikian?
Sebenarnya banyak sekali permasalahan dalam suatu organisasi, salah satu permasalahan yang kita hadapi adalah saling melakukan intimidasi dan menghina. Bullying adalah tindakan melecehkan, mengganggu, atau menyakiti orang lain secara fisik atau mental.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak (PPA), bullying adalah setiap tindakan kekejaman atau penghinaan (penghinaan) yang dilakukan oleh orang atau kelompok yang lebih kuat. Tindakan ini selalu dilakukan dengan niat untuk merugikan.
Dalam konteks profesional, penindasan dalam suatu organisasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya mempermalukan dan men-judge seseorang yang dianggap lemah, verbal, atau tidak pandai berbicara. Sekalipun hanya sekedar lelucon, semua ini dapat berdampak buruk bagi korban dan mempengaruhi suasana organisasi secara umum.
Akibatnya, para kader yang terkena dampak intimidasi kehilangan minat untuk berpartisipasi dalam acara-acara yang terorganisir. Dengan kata lain kader tersebut menghilang. Oleh karena itu, penting untuk merinci dan memahami setiap aspek intimidasi dalam organisasi untuk merancang strategi pencegahan yang efektif.
Contoh lain dari intimidasi dalam organisasi penindasan dalam organisasi mencakup perilaku negatif yang dapat berkisar dari intimidasi, penghinaan, hingga pengucilan. Intimidasi dapat terwujud dalam bentuk tekanan psikologis yang berlebihan, tanggung jawab yang tidak adil, atau bahkan penyebaran gosip yang merugikan.
Penghinaan yang disamarkan sebagai lelucon seringkali bersifat pribadi dan dapat berupa komentar yang merendahkan, diskriminatif, atau menyinggung secara emosional, yang mengakibatkan mereka satu per satu hilang (tidak aktif) / keluar dari organisasi karena berharap organisasi ini dapat meningkatkan mentalitas mereka dan membangun pribadi mereka. Namun malah menjatuhkan mental kader.
Lebih dari sekadar pelecehan individu, perundungan dalam organisasi menciptakan suasana kerja yang beracun dan berdampak pada seluruh anggota dalam organisasi. Tim yang terlibat dalam intimidasi mengalami hubungan yang buruk, kurangnya kerja sama, dan efektivitas yang rendah. Hal ini tidak dapat diabaikan dan dibiarkan begitu saja, karena dalam organisasi terdapat seorang pemimpin yang bertanggung jawab untuk menentukan keadaan.
Langkah yang Dapat Dilakukan | Anti Bullying
Langkah-langkah yang dapat dilakukan pengelola ketika terjadi kasus bullying di dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
- Memberikan edukasi kepada karyawan dan anggota mengenai dampak negatif dari kasus bullying,
- Menciptakan kebijakan anti-bullying / proyek untuk membangun loyalitas anggota dan penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan bagi para anggota organisasi,
- Ciptakan cara yang aman untuk melaporkan setiap penindasan,
- Selalu mendukung satu sama lain terutama mereka yang dianggap rentan,
- Ciptakan lingkungan yang aman untuk semua orang,
- Dekati perasaan satu sama lain untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan untuk saling mendukung.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat adalah prioritas dan tanggung jawab tertinggi seluruh anggota organisasi, tidak hanya untuk menjamin keselamatan tubuh, tetapi untuk menciptakan gerakan yang mendukung pertumbuhan, kehidupan dan produktivitas semua pemimpin.
Dalam konteks ini, sangat penting untuk mempertimbangkan masalah intimidasi dalam suatu organisasi. Penindasan tidak hanya merugikan korbannya, tetapi juga dapat berdampak negatif terhadap dinamika tim dan kesehatan organisasi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, mengenali, mencegah dan mengatasi penindasan di tingkat organisasi sangat penting untuk menciptakan lingkungan organisasi yang positif. Mengetahui adanya penindasan, organisasi dapat mengambil tindakan yang efektif.
Mengidentifikasi pola perilaku negatif dan menciptakan kesadaran di antara anggota tim merupakan langkah awal yang penting. Hal ini memungkinkan anggota organisasi menjadi lebih sensitif terhadap isu-isu ini dan bekerja keras untuk menciptakan lingkungan yang bebas intimidasi.
Selain itu, upaya pencegahan mencakup pengembangan pedoman mengenai penindasan yang jelas dan dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi. Penegakan aturan yang tegas untuk mencegah perilaku intimidasi merupakan tanda bahwa organisasi tidak membenarkan dan membenarkan perilaku tersebut. Partisipasi penuh para anggota, pemahaman dan penerapan kebijakan ini merupakan kunci keberhasilan program anti-intimidasi.
Pentingnya melawan penindasan dengan tindakan yang tepat tidak dapat diabaikan. Prosedur pengaduan yang aman dan dapat diandalkan harus tersedia untuk mendorong anggota melaporkan penindasan tanpa rasa takut akan pembalasan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, harapan besar dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional, dimana setiap anggota merasa dihargai. Dengan saling pengertian, komitmen, dan tindakan nyata, kita dapat menciptakan lingkungan organisasi yang mengedepankan nilai-nilai baik, kebiasaan kerja yang baik, dan hidup berdampingan. Organisasi yang tidak melakukan tindakan bullying adalah organisasi yang kuat, kompak dan mampu lebih fokus mencapai tujuannya.
Ilustrasi dan foto bullying: pixabay.com