
Berorganisasi, Antara Amanah dan Ambisi. Oleh: Shabrina Anwariah Pramono, PR IPM Smamio, PC IPM Kebomas, Alumni TM2 Pasuruan, Staff Research & Development Lingkar Muda
Sinarmu.co – Ketika turut andil di dalam organisasi, pasti akan menemukan rekan seperjuangan yang belum tentu satu karakter dengan kita. Sama halnya di setiap permusyawaratan, tentu tidak menutup kemungkinan banyak terjadi perbedaan pendapat. Akan tetapi semua variasi opini tersebut sangat bisa diminimalisir dengan penyadaran setiap anggota akan tujuan murni dari organisasi tersebut. Tanpa terkecuali organisasi dengan basis pelajar seperti para pelajar Muhammadiyah yang terhimpun dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau disingkat IPM.
Sederhananya, untuk mengetahui tujuan terbentuknya IPM dengan mengutip anggaran dasar dan atau anggaran rumah tangga (AD/ART) IPM Pasal 6 yakni “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu berakhlak mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya.”
Besar harapan untuk IPM menjalankan peran pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Mampu menjadi pion Muhammadiyah yang diandalkan dalam kaderisasi membina dan mendidik pelajar Muhammadiyah untuk masa mendatang.
Sangat disayangkan, situasi atmosfer ber-IPM sangat memanas beberapa bulan ini. Sebagai wujud buntut dari hasil susunan penetapan Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat dari Muktamar IPM XII Purwokerto, sebab tidak mencapai mufakat dalam rapat formatur karena hanya dipilih oleh 4 dari 9 formatur.
Untungnya kejadian ini mendapatkan perhatian dari PP Muhammadiyah dan segera membekukan hasil formatur Muktamar XII IPM serta mencabut semua hak dan kewajibannya lalu memberikan jalan alternatif dengan mengadakan Muktamar Luar Biasa (MLB) sebagai solusi atas kegegeran perdebatan dalam internal IPM.
Memang dalam Musyawarah rutin di IPM, baik di tataran pusat (Muktamar) bahkan di tataran ranting (Musran) menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Pasalnya dalam musyawarah ini selain untuk membedah dan meng-arsiteki serta merancang arah gerak organisasi IPM juga untuk menentukan para pemegang amanah tongkat estafet pimpinan periode selanjutnya.
Meski saya masih aktif di Pimpinan tingkatan Cabang, belum bisa menjadi peserta Muktamar dan hanya bisa menikmati euforia Muktamar sebagai panitia lokasi. Saya pun turut sedih dan kecewa bila dalam proses musyawarah di IPM senior-senior-nya mempraktikkan akhlak yang tidak anggun.
“Mereka-mereka” yang bertarung di gelanggang perpolitikan kursi Pimpinan IPM Pusat merupakan senior kita, abang kita, kakak kita yang entah terpengaruhi corak pemikiran siapa atau paham apa yang dipegang sampai tidak segan untuk senggol kanan senggol kiri hingga mempraktikkan hal demikian.
Mulai dari kecacatan berkas yang diverifikasi oleh panlih (panitia pemilihan) yang sukses meloloskan satu calon formatur dan ajaibnya sukses pula masuk 9 formatur hingga keberpihakan pimpinan sidang. Tidak menutup kemungkinan kekurangan-kekurangan ini ditimbulkan karena baru kali ini Muktamar diselenggarakan secara hybrid tidak seperti Muktamar -muktamar sebelumnya.
Saya yang masih duduk di bangku kelas 2 (dua) SMA sangat terheran-heran dengan situasi panas yang dimainkan oleh senior setingkat mahasiswa dengan bentang tingkatan pimpinan sangat jauh dengan saya.
Sampai terlintas dalam pikiran, “Apa iya jabatan politis terkuat di Pimpinan yaitu Ketua Umum ?, entah itu pusat atau setingkat ranting sangat menjanjikan keuntungan politik untuk di masa mendatang, sehingga menaikkan bargaining position ?, apa jangan-jangan dengan niat ini situasi panas tersebut yang rasanya sangat relevan bermunculan di setiap tingkatan pimpinan persaingan perebutan kursi IPM, atau di era digital yang masyarakatnya serba mengandalkan penggunaan media sosial jabatan tersebut hanya untuk narsis semata?.”
Musyawarah di IPM merupakan momen yang sangat dinanti-nanti. Karena output-nya sangat menentukan arah gerak organisasi kita. Namun pemilihan formatur bukan satu-satunya sesi atau agenda yang eloknya tidak perlu berujung konflik lisan. Saya sangat tidak berharap bila akan saya dapati terdapat konflik fisik berdarah-darah hanya karena perebutan “kekuasaan” ini. Ini baru tingkat organisasi, bagaimana jika ia mulai masuk ke pemerintahan ?. Bisa-bisa menjadi bahan tertawaan.
Semoga dari kejadian situasi panas ini bisa menjadi pelajaran untuk tidak selalu tunduk kepada ego dan ambisi salam mengejar jabatan. Sehingga bisa bangga kembali tampil di panggung sebagai pelajar berkemajuan dan bukan pelajar yang memegang nilai-nilai kemunduran.
Melihat kemirisan yang terluahkan di atas, sepertiya perlu saya sajikan nilai-nilai dasar IPM sebagai bahan pengingat yang perlu dibaca berulang dengan penuh penghayatan, guna meluruskan kembali niat-niat ber-IPM sekaligus ber-Muhammadiyah :
- Nilai keislaman (Menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam)
Islam yang dimaksud adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan ketentraman bagi seluruh umat manusia yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Artinya Islam yang dihadirkan oleh IPM adalah Islam yang sesuai dengan konteks jaman yang selalu berubah-ubah dari satu masa ke masa selanjutnya. - Nilai Keilmuan (Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu)
Nilai ini menunjukkan bahwa IPM memiliki perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita akan mengetahui dunia secara luas, tidak hanya sebagian saja. Karena dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan berubah. IPM berkeyakinan, ilmu pengetahuan adalah jendela dunia. - Nilai Kekaderan (Terbentuknya pelajar muslim yang militan dan berakhlak mulia)
Sebagai organisasi kader, nilai ini menjadi konsekuensi tersendiri bahwa IPM sebagai anak panah Muhammadiyah untuk mewujudkan kader yang memiliki militansi dalam berjuang. Tetapi militansi itu ditopang dengan nilai-nilai budi pekerti yang mulia. - Nilai Kemandirian (Terbentuknya pelajar muslim yang terampil)
Nilai ini ingin mewujudkan kader-kader IPM yang memiliki jiwa yang independen dan memiliki keterampilan pada bidang tertentu (skill) sebagai bentuk kemandirian personal dan gerakan tanpa tergantung pada pihak lain. - Nilai Kemasyarakatan (Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya/the real islamic society)
Nilai kemasyarakatan dalam gerakan IPM berangkat dari kesadaran IPM untuk selalu berpihak kepada cita-cita penguatan masyarakat sipil. Menjadi suatu keniscayaan jika IPM sebagai salah satu ortom Muhammadiyah menyempurnakan tujuan Muhammadiyah di kalangan pelajar.
Mari luruskan niat kita kembali, mari sucikan hati kita untuk ikhlas dalam membesarkan IPM dan demi Muhammadiyah ini. Sebab semua akan dipertanggung jawabkan kepada Allah dan amanah yang sudah diberikan harus dituntaskan dan dijalankan karena jalan yang akan ditempuh. Bukan hanya sekedar “hahahihi” senangnya saja, tapi akan ditempuh dengan penuh kerja keras yang menguras keringat dan bahkan terdapat tetesan air mata.
Berjuang kompetitif dalam IPM bukan sama sekali tidak lagi memegang nilai luhur dan etika. Jalan perjuangan kita harus diluruskan kembali dengan megorientasikan tujuan IPM yakni, “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam, sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya.”
Semoga kedepannya kita semua bisa menjalankan amanah menjadi kader Pelajar Muhammadiyah yang sebenar-benarnya dan menghidupkan Muhammadiyah khususnya di kalangan pelajar yang menjadi penegak dan penerus bangsa.
Ber-IPM harus selalu di jalan tujuan IPM didirikan yakni sebagai Ikatan Pelajar yang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran ISLAM dengan menitik beratkan pada sasaran dalam proses pendidikan untuk lebih baik. Sehingga mampu menjadi instrumen perkaderan andalan dalam mencerdaskan anak bangsa sehingga nantinya mampu berkontribusi pada masyarakat dan bernegara.
akar10
Berorganisasi, Antara Amanah dan Ambisi
Berorganisasi, Antara Amanah dan Ambisi
Berorganisasi, Antara Amanah dan Ambisi
1 Comment
Kerenn shabrina