Berita

Tampilkan Monolog Tari Hingga Ludruk LSBO Jelaskan Maknanya

Tampilkan Monolog Tari Hingga Ludruk LSBO Jelaskan Maknanya

Tampilkan monolog, tari hingga ludruk, LSBO PDM Kabupaten Pasuruan jelaskan maknanya yang filosofis dan sarat pesan bagi pemuda – laporan kontributor sinarmu.co


Sinarmu.co – Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan menampilkan beberapa penampilan budaya dalam pengukuhan PDPM dan PDNA Kabupaten Pasuruan. Penampilan tersebut diantaranya adalah tari Rema Sabrang, Ludruk Kidung Dagelan dan Monolog Drupadi Harana Parwa.

Ketiganya mereka persembahkan untuk para tamu undangan yang hadir di Auditorium Mpu Sindok Graha Maslahat, Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Minggu (21/1). Hadzrat Zulfikar, Ketua LSBO mengatakan penampilan tersebut merupakan pentas kedua LSBO Kabupaten Pasuruan setelah rapat kerja. Sebelumnya, ia dan timnya sukses tampil memukau di Pendopo Kabupaten Pasuruan.

Zul, panggilannya, menuturkan bahwa dalam penampilannya kali ini, ia mengajak siswa SMK Muhammadiyah 1 Pandaan, yang merupakan anak didiknya. Dalam sesi wawancara melalui media whatsapp, Zul menjelaskan tiga makna penampilan LSBO yang sarat akan pesan bagi para generasi muda, khususnya bagi Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Berikut ulasannya:

Tari Rema Sabrang

Tari Rema merupakan format tari yang mencitrakan tindakan orang Jawa Timur yang tegas, terbuka, dan lugas. Tari ini berasal dari tari pembuka Besut (kegiatan pembinaan keserasian eksistensi manusia dengan alam) yaitu tari Rena-rena yang artinya bermacam-macam. Tari ini merupakan simbol kebebasan yang ditelusuri dari ragam geraknya mengungkap rasa gagah melalui medium ungkap gerak yang maskulin, busana dengan warna merah sebagai simbol keberanian dan hitam sebagai simbol kekuatan berwibawa, rias kumis-janggut yang mencitrakan atribut laki-laki, serta musik pengiring yang memiliki tempo dan ritme cepat dengan laras pelog yang menciptakan kesan elegan. Penambahan unsur sabrang atau karakter gagah masyarakat mancanegara yang ditafsirkan oleh pikiran lokal Jawa Timur dari folklor Panji dikreasikan dalam penyajian tari Rema untuk memperkuat kesan dinamis yang tidak monoton. Penyajian tari maskulin ini sengaja didominasi oleh perempuan sebagai upaya menjinakkan larangan ekspresi perempuan feminin di atas panggung dengan menampilkan karakter maskulin dari perempuan.

Penari : 
Hadzrat M M Zulfikar – Ketua LSBO Kab. Pasuruan
Dyah Ayu Khairunnisa – XI Perbankan Syariah
Meiriska Trisna Argya Rifdah – XI Asisten Keperawatan

Ludruk Kidung Dagelan

Lakon ini memuat tentang kritik kaum pemuda yang mewakili suara liyan dan suara subjek dominan sebagai representasi realitas keseharian dengan pencitraan dagelan atau komedi. Ludruk disajikan dalam rangkaian pengukuhan PDPM dan PDNA diharapkan mampu menjadi stimulus dalam menyampaikan gagasan politik dan ideologi secara otokritik dalam format teatrikal kerakyatan. Konsep utama kesenian pementasan ini adalah turun ke bawah (turba), menyentuh lapisan terdasar masyarakat akar rumput lewat pemakaian diksi dan atribut pakaian. Pemain ludruk dalam hal ini berperan lewat kidungannya yang berbunyi “Isuk-isuk nang pasar Pandaan, tuku lenga lali klambian, Aku nang kene dadi tamu undangan, supaya bisa mbadhog panganan” (Pagi-pagi ke pasar Pandaan, beli minyak lupa memakai baju, aku di sini menjadi tamu undangan, agar bisa makan hidangan) menunjukkan degradasi dekorasi nilai-nilai normatif sebagai otokritik. Seniman ludruk memanggul lirik dan lakon sebagai senjata yang dikemas dalam dramaturgi sastra untuk mendobrak hal-hal yang dianggap tabu dan perlu untuk diungkap. Yang utama dalam pementasan ludruk ini adalah berkedudukan sebagai katalisator dalam menyampaikan berbagai informasi ideologis.

Pemain :
Ilham Yulianto – X Teknik Komputer dan Jaringan 
Ade Riffad Suryadi – XI Teknik Laboratorium Medis
Pemusik : Karawitan Surya Laras SMK Muhammadiyah 1 Pandaan

Monolog Drupadi-harana Parwa

Alur cerita : Mikrokosmos grafik hidup putri Pancala terjalin dari teks dekonstruksi Drupadi-harana Parwa secara kronologis menunjukkan kisah kesaksian, kedukaan, dan pembelajaran kehidupan secara interteks berkontribusi terhadap representasi berbentuk monolog. Latar belakang penyajian karya ini berdasarkan cermin sosial perempuan yang memantulkan bayangan pelanggengan kerja patriarki dan feminisme radikal. Kepentingan keluarga Hastinapura sebagai keluarga Drupadi yang mewakili atribut maskulin memproduksi wacana ketakutan pada kebangkitan perempuan. Penting untuk menghidangkan ulang elemen-elemen keperempuanan dengan sisi feminin dan maskulin yang rekonstruktif sebagai gagasan subversif mengenai kedudukan perempuan dalam relasi sosial yang mengacu pada pesan yang dialamatkan pada Nasyiatul Aisyiyah sebagai barisan terdepan untuk menyuarakan perempuan sebagai suara subjek, bukan objek yang tidak berdaya. Sentuhan resital karawitan Jawa dengan tajuk ‘Bonang Fajar’ yang disampaikan oleh sindhen atau perempuan pesuara tembang Jawa mendukung citra tokoh Drupadi sebagai perempuan dengan semangat maskulin yang memuat cakepan atau lirik sebagai sarana penguat pesan bahwa perempuan memiliki kedudukan sosial yang mapan sebagai manusia.

Lirik tembang :

Sruning pangesthi 
Angluluh dhiri 
Mawur lan alam 
Sakalir 

Karena kuatnya tekad
Luluhnya sifat egois
Percikan alam
Keseluruhannya

Mega-mega anebar riris
Tetesing angidhung tetembang

Awan-awan menyebar gerimis
Tetesnya menyanyikan puisi

Pemain
Yunita Afrilia Putri – XII Farmasi Klinik dan Komunitas
Penata Rias
Shevani Diva – XII Farmasi Klinik dan Komunitas
Sefa Kartika – XII Farmasi Klinik dan Komunitas
Pemusik : Karawitan Surya Laras SMK Muhammadiyah 1 Pandaan


Tampilkan Monolog Tari Hingga Ludruk LSBO Jelaskan Maknanya | Tampilkan Monolog Tari Hingga Ludruk LSBO Jelaskan Maknanya

About Author

sinarmu

Sinarmu.co | Mencerahkan semesta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *