Berita

Nyanyi Sunyi, Pameran Seni Rupa Dari Manusiawi Menuju Ilahi

Nyanyi Sunyi, Pameran Seni Rupa Dari Manusiawi Menuju Ilahi

Nyanyi Sunyi, Pameran Seni Rupa Dari Manusiawi Menuju Ilahi – laporan kontributor sinarmu.co


Sinarmu.co – LSBO Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan segera melangsungkan acara pameran seni rupa. Pameran tersebut akan diaksanakan selama satu minggu penuh, mulai tanggal 5 hingga 12 Maret 2023. Bertempat di lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan, pameran ini mengusung tema “Nyanyi Sunyi”.

Tak sendirian, dalam mensukseskan pameran ini, LSBO PDM menggandeng komunitas seni rupa “Kuas Patris” dan “Pawitra Project“. Beberapa karya seni rupa yang akan dipamerkan berupa Art Project, Lukisan, Patung, Seni Cetak (Grafis), Fotografi, Video Art, Performance Art, Instalation Art, Kriya, Drawing dan New Media.

Ketua LSBO sekaligus koordinator acara pameran, Badrie, mengatakan bahwa pameran kali ini menitikberatkan pada apresiasi. “Pameran kali ini kita menitikberatkan pada apresian dari para pelajar, baik siswa menengah atas maupun mahasiswa serta masyarakat umum,” ungkap perupa asal Grati itu.

Ia melanjutkan, para siswa perlu mengenal lebih dekat dan mengakrabi seni rupa dengan melihat langsung karya-karyanya, tidak hanya sekadar mendapat teori di dalam kelas. “Dengan melihat langsung serta memberi apresiasi terhadap karya seni, mereka bisa ‘menyelami’ proses dalam berkarya dan bagaimana latar belakang seniman membuat karya tersebut,” pungkas Badrie.

nyanyi sunyi

Sekilas Tentang Nyanyi Sunyi

Njanji Soenji (EYD: Nyanyi Sunyi) adalah koleksi puisi Amir Hamzah tahun 1937. Koleksi ini terdiri dari 24 puisi berjudul dan bait-bait prosa lirik dan ditulis kira-kira setelah ia dipaksa menikahi putri Sultan Langkat. Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang putri Jawa, Ilik Sundari. Di tengah kemesraan itu Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya kemudian ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat.

Paman yang sekaligus Raja Kesultanan Langkat itu sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggapnya bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia pun memanggilnya pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah. Amir bisa saja menolak. Tapi ia sadar telah berhutang budi pada Sultan Mahmud.

Amir dan Ilik akhirnya dipaksa menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Pernikahan Amir dan Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa mereka tak saling mencintai. Di tengah itu, kerinduan dan kehilangan Amir pada Ilik tetap kuat membekas.

Download Logo Musyda PDM dan PDA Kabupaten Pasuruan Di sini

Diam-diam Kamaliah ternyata tahu kisah cinta kasih Amir dan Ilik Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada putrinya, Tahura ia menyampaikan niat mengajak Ilik ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi llik, ia merelakannya. Namun sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang menyebabkan kerusuhan di seluruh Langkat. Atas hasutan segolongan laskar rakyat dengan agenda politik mereka, meletus lah kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah. Amir tak tentu nasibnya. Ia diculik, ditahan dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal. Seperti perpisahan dengan Ilik dan pernikahannya dengan Kamaliah, kematiannya pun diwarnai akan kepentingan politik.

Jassin menulis bahwa “nyanyian Amir adalah nyanyian jiwa manusia”, menunjukkan kesedihan dan kebahagiaan yang tidak mengenal kelas atau tingkatan. Kata “Sunyi” sebagai cara untuk menyampaikan masalah-masalah duniawinya dengan waktu, identitas diri, Tuhan, dan cinta. Di akhir koleksi puisi ini, cinta fisik beralih menjadi cinta spiritual dan jawaban atas permasalahannya berasal dari hal supernatural.

Tentang Pameran: Jalan Tengah Dari Yang Manusiawi Menuju ke Ilahi

Jakob Soemardjo mengatakan pada buku Filsafat Seni karangannya, “Manusia membutuhkan waktu luang untuk merenungkan pengalaman hidupnya dan pengalaman bersama orang lain agar dapat memberikan penilaian, memberikan arti baginya. Penilaian itu dibutuhkan agar manusia dapat belajar dari hidup ini. Dapat mengambil nilai-nilainya, harganya, kegunaannya, manfaatnya, yang sesuai dengan keinginan atau perhatiannya. Manusia bukan binatang yang tak pernah merenungkan pengalaman hidupnya.”

Pada pameran ini, setiap seniman tidak digiring untuk menerjemahkan puisi maupun merepresentasikan Nyanyi Sunyi versi Amir Hamzah. Istilah tersebut dipinjam sebagai upaya mendorong seniman masuk ke ranah spirituil untuk memaknai berbagai perkara duniawi yang dialami masing-masing. Proses ini menjadi jalan tengah dengan cara lebih esensial, sebagai ekspresi sekaligus eksperimen estetik agar dapat menghasilkan keberagaman perspektif tetapi tidak saling melukai.

Manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal-pikiran, membuatnya bisa berkehendak untuk memilih. Kemampuan mempelajari, memahami dan memaknai segala sesuatu dalam kehidupan sadar sehari-hari adalah syarat mutlak bagi proses eksistensial. Namun, karena kompleksitas alam yang tak terbayangkan dan tingkat ketidakpastian makna yang tinggi, segala sesuatu dapat dimaknai berbeda tergantung sudut pandang apa yang digunakan untuk meneropongnya. Pengalaman ini akan membawa manusia pada titik pendewasaan, dimana kesadaran logis menjadi pembuka perspektif. Seni berguna bukan hanya karena keindahan wujudnya, tetapi juga karena menyentuh kehidupan nyata. Tim Kurator

About Author

sinarmu

Sinarmu.co | Mencerahkan semesta

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *