
Nasi Kuning Pos 5 Mangkutoromo MT. Arjuno : Pimpinan Daerah IPM Kab.Pasuruan X DEWANATA. Cerita unik rakan-rakan IPM dalam memperingati 77 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka.
Sinarmu.co – Perayaan kemerdekaan memang kurang lengkap tanpa adanya ragam lomba. Apalagi dengan pendukung hadiah yang beragam untuk menambah semangat kemerdekaan. Selain lomba pasti kita juga tidak asing memulai pagi kemerdekaan dengan jalan santai, lalu berlanjut dengan kegiatan khas kemerdekaan lainnya.
Begitu pula dengan kami. Perwakilan dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan yang memilih untuk mengikuti kegiatan rutin kemerdekaan yang diadakan salah satu Organisasi pecinta alam DEWANATA ( DElegasi WAdah NApak TilAs ). Teapatnya di Pos 5 Mangkutoromo Gunung Arjuna, 16 – 17 Agustus 2022.
Nah kali ini, aku sebagai salah satu personil pendakian ingin bercerita nih. Tentang bagaimana kami bisa sampai memilih untuk merayakan kemerdekaan bersama dengan DEWANATA? Apa yang terjadi selama pendakian? Dan apa saja yang kami lakukan selama di persekitaran Gunung Arjuno ini?.
Awal Kisah
Semuanya berawal dari munculnya undangan resmi dari DEWANATA. Sang guest star yang pernah menjadi pemateri dalam acara Fun Camp (30/10/2021 di Agro Mulia, Prigen). Dari pemateri, berujung pada kegiatan pendakian kemarin ini.
Tim pendakian kami bagi menjadi tiga. Yaitu tim berangkat pagi, sore, dan malam. Selama perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan alam asri. Jadi, meskipun mulut tidak berhenti mengoceh karena jalannya menanjak dan licin akibat hujan, mata tetap terhibur oleh hijaunya hamparan lereng gunung pada sisi kanan dan kiri jalur yang kami lewati.
Baca Juga: IPM PESDIGMU Juarai Bangil Bangkit Cup 2022
Saat malam hari pun pemandangan sinar lampu dari pemukiman dan perkotaan terpampang jelas. Sinar bintang dan rembulan, juga makin nyata saat senter yang kami bawa untuk menerangi jalan kami “matikan”.

Sesaat setelah sampai pos 5 (lima) Mangkutoromo, kami disambut oleh tenda – tenda para pendaki lainnya. Hal itu karena, memang gunung sedang ramai – ramainya. Apalagi bertepatan dengan momen kemerdekaan seperti kemarin. Setelah mendirikan tenda dan mengeluarkan semua perbekalan, kami bersantai diatas matras. Saling berhadapan dengan api unggun maupun kompor kecil seraya merasakan hembusan angin yang semakin kuat. Hingga satu persatu dari kami mengistirahatkan diri.

Keesokan harinya ( 17/08/2022 ) kami memulai hari dengan memasak untuk “Slametan” (syukuran) berupa Tumpeng Nasi Kuning. “Wah kebayang gak tuh, diatas gunung makan nasi kuning dan rame – rame pula”, ujar penulis.
Kalau ada tim memasak, pasti juga ada tim penjelah. Sebut saja sebagai tim jalan – jalan. “Mumpung sudah diatas gunung kan, mari memenuhi galeri dengan pemandangan yang sulit didapatkan kalau tidak langsung kesini tentunya,” imbuh penulis.

Nasi Kuning dan Upacara
Setelah sudah puas berkeliling dan masakan untuk tumpeng sudah mulai siap, penjaga pos mengajak kami, untuk merayakan kemerdekaan dengan bergabung dalam Upacara Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih. Jujur ini haru banget sih. Kenapa? Kita mulai dari awal dulu yaaaa. Seperti upacara bendera pada umumnya. Pembina dan pemimpin upacara yang memimpin dan menyiapkan pasukan, protokol yang mengatur jalannya upacara lalu pengibaran bendera Merah Putih tepat pada halaman depan pos lima Mangkutoromo.
Selain bergabung, beberapa dari perwakilan IPM Kabupaten Pasuruan juga bertanggung jawab sebagai petugas Upacara pada pagi yang cerah itu. Dachirotus Sa’diyah (Diyah) sebagai Dirigen, Vika Amalia (Vika) sebagai salah satu Pengibar Bendera, dan Dita Maulidia (Dita) sebagai Pembawa teks Pancasila.

Sesi Putusnya Tali Bendera
Awalnya semua berjalan dengan lancar. Hingga saat bendera sudah hampir mencapai puncak tiang bendera, tali yang melekat pada bendera putus. Bendera mulai turun, untungnya beberapa orang, sigap menangkap Sang Saka agar tidak sampai jatuh menyentuh tanah. Setelah menyelesaikan lagu Indonesia Raya yang mengiringi pengerekan Bendera tadi, beberapa orang mulai mengumpulkan ide. Berpikir bagaimana caranya bendera tetap bisa berkibar dengan gagah.
Mulai dari mencoba membuka “baut” pada tiang bendera agar dapat diturunkan. Hingga cara yang paling membuat kagum yaitu saat ada yang memberanikan diri untuk memanjat tiang. Bukan karena apa, tapi karena memang kondisi tiang yang sudah tua dan rapuh membuatnya sedikit melengkung. Perlahan tapi pasti. Akhirnya tiang berhasil takluk. Hingga berakhir dengan riuh tepuk tangan peserta upacara. Setelah serangkaian acara upacara usai semua orang kembali ketenda masing – masing untuk bersiap turun.
“Dari pengalaman selama dua hari satu malam, pada jalur pendakian Gunung Arjuno kemarin, kami banyak sekali mendapatkan berbagai macam pengalaman dan ilmu. Semoga silaturahim tetap berjalan dan semakin erat. “ pesan Ketua Umum IPM Kabupaten Pasuruan, Diyah.
Dita Maulidia (IPM Kabupaten Pasuruan)
Akar10