Dunia Digital, Antara Kemajuan dan Ketertinggalan. Tulisan Muhammad Rafi Ardiansyah, kontributor sinarmu.co.
Sinarmu.co – Sebagai Umat Manusia yang lahir di tahun 2000-an saya merasa bahwa transisi kehidupan tatanan manusia sungguh sangat cepat. Perkembangan alat telekomunikasi yang begitu pesat membuat banyak orang belum mempunyai kesiapan dalam menghadapinya. Perusahaan platform media, aplikasi dan software saling berlomba mengambangkan produknya. Produk mereka saling dahulu mendahului, brand smartphone bermunculan, persaingan pasar sungguh luar biasa, hingga hampir tidak di temukan harga Smartphone yang terlampau mahal bagi masyarakat.
Mengutip dari website kominfo.go.id yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah “raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur”. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa adalah pasar yang besar. Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.
Smartphone seakan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap kepala manusia. Bahkan tidak kurang seseorang yang mempunyai lebih dari 1 Smartphone. Ini menunjukkan bahwa jarang sekali kita temukan di suatu kelompok manusia yang hidup tanpa smartphone. Meski demikian, generasi tua, sebut saja yang lahir antara tahun 40-70 an terkadang masih belum mampu memaksimalkan fitur-fitur yang ada di dalam smartphone. Terlebih lagi kebanyakan di antara mereka belum mengetahui bahwa apapun yang mereka gunakan di smartphone mereka memiliki jejak digital khususnya ketika digunakan untuk menggunakan aplikasi online atau digunakan kegiatan lain yang membutuhkan akses internet.
Ayo Cek Sumbernya Sebelum Berbagi
Sebagai generasi muda yang merasa memiliki tanggung jawab, saya ingin sekali mengajak kepada semua elemen masyarakat khususnya yang terbiasa dengan kegiatan saling share tanpa kemudian melihat dan mengecek sumbernya, agar mengubah kebiasaan itu. Karena bukan hanya dapat merugikan diri sendiri, namun juga bisa merugikan orang lain. Berapa banyak kasus berita bohong yang berujung di kepolisian bahkan di meja hijau hanya karena ikut share tapi tidak melihat konten dan sumbernya. Di luar itu, bagi kita yang mengaku umat Islam, sungguh mempunyai kewajiban untuk menjaga hubungan kita dengan orang lain. Jangan karena ingin mengikuti berita trend yang hangat di bicarakan membuat kita rela hubungan dengan saudara terganggu.
WhatsApp sebagai aplikasi komunikasi sederhana yang hampir di miliki setiap orang di smartphone mereka masing-masing, menjadi wadah manis bagi orang orang yang tidak bertanggungjawab dalam menyalurkan berita bohongnya. Alangkah baiknya kita berhati-hati, karena apa yang kita share juga menunjukkan pribadi kita masing masing. Terakhir, media sosial menurut Husain Basyaiban bukanlah tempat yang aman dalam menyimpan privasi, sama sekali tidak ada tempat bagi privasi di media sosial. Oleh karena itu, hal-hal seperti tulisan, sticker, gift, foto, dan atau video yang terasa tidak penting mohon di hindari untuk menyebarkannya.
Penulis : Ar
Editor : Vi