Sinarmu.co – Mendengar kata teknologi, pasti tidak asing lagi. Apalagi manusia saat ini tidak bisa lepas dari dunia serba digital nan canggih, terutama di zaman Z (zet) seperti sekarang ini. Dimana perkembangan teknologi semakin pesat dan lebih modern dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya, seperti halnya gadget.
Gadget merupakan alat komunikasi manusia yang dahulunya hanya menggunakan kertas dan pena untuk mencari informasi. Kini kita bisa menggunakan HP (handphone) layar sentuh yang dapat mencari informasi dengan mudah. Istilah smartphone digambarkan sebagai deskripsi kemajuan teknologi, yang semakin hari semakin ‘pintar’ dan beragam. Disertai dengan berbagai macam tawaran kecanggihannya pula. Mulai dengan banyaknya kamera HD (High Definition), hingga fitur-fitur kemudahan lainnya. Seperti, internet, editing application bahkan social media yang mampu membuka mata kita melihat dunia lebih luas dengan mudah dan lebih dekat.
Akan tetapi, apakah generasi muda di zaman Z (zet) seperti ini, mampu memanfaatkan gadget dengan benar? Data statistik dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 7 Mei 2021 menyatakan, jumlah pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta orang. Atau 89% dari total penduduk Indonesia dengan rata-rata jumlah pengguna media sosial, berusia sekitar 25-34 tahun. Ditambah dengan situasi pandemi Covid-19 ternyata menyebabkan penurunan batas usia minimal pengguna gadget di Indonesia. Efek domino dari sekolah daring (dalam jaringan), menyebabkan usia minimal pengguna media sosial dan gawai di Indonesia turun hingga usia 6 tahun.
Generasi Pengguna Gadget Berlebihan
Jika berbalik dari data dan berkaca pada fakta yang ada, nyatanya kebanyakan generasi muda zaman Z (zet) bisa dikategorikan sebagai pengguna atau user gadget yang berlebihan. Cenderung tidak menggunakan perangkat sesuai peruntukan dan kewajbannya. Seperti, jika kalangan pelajar maka seeloknya, canggihnya gawai mampu digunakan untuk membantunya mempermudah dalam aktivitas belajar.
Bagaimana jika ponsel pintar digunakan untuk hiburan seperti bermain games seperti yang banyak dilakukan oleh anak muda pada umumnya? Sah-sah saja apabila kita menggunakan smartphone sebagai sarana mencari hiburan. Namun, haruslah tetap ‘berpada-pada’ atau secukupnya, tidak boleh berlebihan hingga melupakan kewajibannya. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (kominfo.go.id) mengatakan bahwa gawai yang terhubung sistem daring (dalam jaringan) dengan berbagai fiturnya, ibarat pisau bermata dua. Bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan kehidupan anak-anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam jurnalnya International Classification of Disease (ICD) edisi ke-11 menyebutkan, penggunaan gawai pada anak dan remaja dengan durasi waktu lebih dari 3 jam dalam sehari, dapat menyebabkan rentan kecanduan gawai. Hal itu juga menjadi salah satu penyumbang sebab gangguan jiwa pada usia dini.
Apabila ditinjau dari sisi usia, anak yang rentan mengalami kecanduan gawai berada di usia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, bagian otak yang bernama dorsolateral prefivtal cortex (kominfo.go.id) yang berfungsi untuk mencegah seseorang bersikap impulsif. Sehingga seseorang bisa merencanakan dan mengontrol perilaku dengan baik yang masihlah belum ‘matang’ dengan sempurna, menjadi terganggu perkembangannya. Sehingga mampu menimbulkan efek negatif.
Salah satunya adalah dapat membuat hati anak zaman Z (zet) menjadi keras dan berkurangnya sifat sopan santun. Seperti perilaku pada orang tua berkurang serta cenderung malas untuk belajar, walaupun ada beberapa yang tidak seperti itu.
Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Kemungkinan kecanduan gadget bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu kurangnya kasih sayang dari keluarga dan lingkungan sekitar yang menjadikannya trend. Untuk menjadikan anak zaman Z (zet) menjadi lebih sopan atau perilaku baik, kepada orang tua dan meningkatkan semangat belajar pada zaman Z (zet) maka kita bisa melakukan :
- Edukasi kepada Orang Tua yang mana mereka bertugas dan berkewajiban untuk menjelaskan mengenai dunia seputar gadget. Baik secara definitif, fungsi, cara mengontrol dan dampak-dampaknya.
- Membatasi waktu anak saat bermain gadget.
- Ajak anak untuk bermain tanpa menggunakan gadget seperti bermain smart card yang berisi aneka macam pertanyaan dengan menggunakan Bahasa Inggris dan lain sebagainya.
- Ajak anak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan bermanfaat di luar rumah (outdoor) agar anak sibuk dan tidak sempat untuk bermain gadget.
- Mengenalkan fitur-fitur yang mendidik dengan cara melakukan pembelajaran fun, happy atau pembelajaran sambil bermain sehingga anak tidak mudah bosan. Contohnya, belajar sambil bernyanyi, dan sebagainya.
Beberapa metode di atas, diharapkan mampu menjadi salah satu cara, agar anak pada zaman Z (zet) bisa terhindar dari kecanduan gawai. Menjadikan anak tidak melupakan kewajibannya, semakin rajin untuk belajar, dapat memanfaatkan gadget dengan baik sebagai penunjang produktifitas dan berbagai hal-hal baik lainnya.
Artikel ini dibuat, harapannya juga mampu menjadi jembatan dan permulaan keterbukaan pikiran, serta kerendahan hati, hubungan antara orang tua dan anak, agar lebih harmonis dan saling mendukung satu sama lain.
Referensi :
https://pintek.id/blog/kecanduan-gadget/
https://mediaindonesia.com/humaniora/389057/kemenkominfo-89-penduduk-indonesia-gunakan-smartphone
Keterangan :
Impulsif ialah kecenderungan untuk bertindak tanpa berpikir mengenai konsekuensi ataupun resiko yang akan dihadapi. Bertindak secara tiba-tiba, cenderung labil dan sikap tidak terkontrol. (www.ibudanbalita.com)
Penulis : Shabrina Anwariah Pramono
(Pimpinan Ranting IPM SMAMIO, PC IPM KEBOMAS GRESIK, Alumni TM 2 IPM Kabupaten Pasuruan)
Editor : akar10