Bicara Feminisme Ala Kinan Serial “Layangan Putus” Oleh Dachirotus Sa’diyah Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan.
Sinarmu.co – Belajar dari series “Layangan Putus” yang mengisahkan sosok “Kinan”. Seorang perempuan yang diceritakan sebagai korban perselingkuhan disebuah keluarga.
Secara kacamata hukum, Kinan adalah korban (pihak yang dirugikan) dalam kasus perselingkuhan antara Aris (suaminya) dengan perempuan yang bernama Lydia.
Sehingga dia mampu memenangkan kasus perceraian dan mendapat hak asuh anak serta harta gono-gini.
Tetapi coba kita berpikir dan memandang dia sebagai sosok perempuan biasa. Pertanyaan-nya, kenapa Kinan bisa dan mampu melalui problematika yang dihadapinya ?
Sebagai perempuan yang sudah diklaim secara sosial bahwa, perempuan adalah makhluk lembut dan penuh kasih sayang. Jika kita melihat dari kacamata perempuan (kebanyakan) di Indonesia, Kinan seharusnya tetap mempertahankan pernikahannya dengan alasan terbesar ada sang anak yang harus ditanggung kewajbannya oleh kedua orang tuanya.
Namun, hal ini tidak berlaku terhadap perempuan yang bernama Kinan ini. Demi mempertahankan harga dirinya, dia lebih memilih berpisah dengan Aris. Laki-laki yang sudah mengkhianati dan menghancurkan hatinya.
Dengan konsekuensi yang sudah kita ketahui bahwa Kinan akan menjadi single parent untuk anaknya dikemudian hari tentunya.
Melihat kasus perselingkuhan disekitar kita, banyak sekali perempuan yang mempertahankan suatu pernikahan “toxic” karena menghindari kasus perceraian. Hal itu dilakukan demi dapat memenuhi kebutuhan sang anak untuk masa depan.
Tentu saja hal ini menjadi beban terberat bagi para perempuan atau ibu yang hidupnya bergantung secara penuh kepada suaminya. Baik secara finansial atau-pun beban biologis. Sehingga secara terpaksa mereka akan tetap mempertahankan pernikahan yang tidak sesuai dengan mimpi para perempuan.
Berbeda dengan Kinan, seorang perempuan, seorang istri, seorang ibu yang sangat beruntung dapat memiliki keluarga, sahabat, hingga kecukupan finansial yang dapat men-support secara penuh kehidupannya.
Kinan adalah perempuan yang memiliki privilege lebih daripada perempuan atau seorang istri kebanyakan di Indonesia yang hidupnya bergantung pada laki-laki atau suaminya.
Benang merah yang dapat ditarik oleh perempuan dalam kasus ini adalah menjadi perempuan cantik, menjadi perempuan atau istri yang patuh tidak cukup untuk menjadi pasangan yang baik.
Wawasan dan kepintaran perempuan memiliki sifat yang abadi sebagai bekal selain dalam mempertahankan harga diri juga sebagai roda menajalani kehidupan seorang perempuan untuk menata masa depan.
Baik secara sendiri ataupun bersama pasangan. Sehingga gerakan seperti feminisme tidak hanya berujung pada narasi saja. Namun, juga mampu di realisasikan dalam sebuah aksi.
Keluarga adalah sekolah paling utama dalam kehidupan saat ini. Maka hal-hal baik sudah sepatutnya diterapkan dalam suatu keluarga.
Dachirotus Sa’diyah
akar10
Bicara Feminisme Ala Kinan Serial “Layangan Putus”